Mohon tunggu...
peringatan zendrato
peringatan zendrato Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang penulis apa yang dirasa perlu ditulis

Suka Kesasar, Asal ada Teman

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Keseriusan Bicara Pilihan Politik

8 Maret 2019   22:30 Diperbarui: 9 Maret 2019   05:27 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pembicaraan warga -- di perkumpulan informal -- terkait kandidat yang telah mengunjungi mereka sebenarnya hanya di seputaran dua hal, yakni: mendukung atau tidak mendukung. Warga pemilih mendukung seseorang menjadi wakilnya di lini pemerintahan karena banyak hal. Mungkin karena visi misi menjawab kebutuhannya, factor kedekatan, bisa juga karena melihat jejak karir, dan kepribadian calon pemimpin tersebut.

Sebaliknya, warga pemilih tidak mendukung seseorang menjadi wakilnya di lini pemerintahan karena banyak hal juga. Bisa disebabkan karena pandangan negatif terhadap janji-janji saat kampanye masih ada. Bisa juga karena visi misi tidak menjawab kebutuhannya, tidak ada factor kedekatan, atau bahkan karena melihat jejak karir yang tidak baik.

Ketika penulis bertemu lima orang ibu rumah tangga yang sedang antri mengambil air di salah satu sumur di salah satu desa yang penulis kunjungi, penulis melihat perdebatan yang sangat serius.

Mereka sedang membicarakan satu calon wakil rakyat. Sebagian dari mereka berada di posisi mendukung calon itu, sedangkan yang lainnya tidak mendukung. Pokok pembicaraan mereka sebatas apa yang penulis sebut di atas yakni visi misinya, faktor kedekatannya, jejak karir, dan kepribadian calon.

Kalau melihat tanggapan mereka, bermacam tanggapan seperti: senang atau tidak senang pada program yang akan dibuat, yakin atau tidak yakin terhadap janji-janji yang diucapkan calon wakil rakyat, suka atau tidak suka terhadap sosok calon tersebut. Dari sinilah penulis melihat bahwa keseriusan warga pemilih itu dalam menentukan pilihannya lebih besar dibanding (calon) wakil rakyat itu sendiri.

Semoga Ruang Parlemen Terwarnai

Perbandingan penilaian ini bukan tanpa melihat kenyataan yang selama ini terjadi. Penulis sebagai warga negera mengaku salut bila ruang parlemen itu, di kala rapat, penuh dengan "adu mulut". Mempertahankan kepentingan rakyat itu pantas dipuji. Namun bila di ruang itu, kala rapat dilakukan hampir 50% tidak hadir, bahkan tertidur pulas, maka rasa kecewa rakyat pun menjadi suatu yang tidak bisa dihindari.

Sudah seharusnya seorang calon wakil rakyat telah dari dulu memperhatikan warga di pedesaan dan bukan hanya pada saat kampanye. Calon wakil rakyat yang melakukan gaya kampanye seperti itu (baca: kampanye politik) mampu menjelaskan sebab-sebab masalah yang selama ini melilit warga itu apa serta dengan mudah mencari jalan keluarnya. Calon wakil rakyat tersebut tidak akan berkampanye sebagai "penjual kecap" yang menggunakan bahasa-bahasa jargon.

Calon pemimpin seperti ini mampu "mewarnai" ruang parlemen dengan warna-warni masalah warga. Bukan malah memikirkan (masalahnya) dapat/ tidak dapat "bonus" dari proyek yang adalah uang rakyat sendiri. Singkatnya, pemimpin yang mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman bersama rakyat itu lebih mampu mempertahankan usulan atau programnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun