Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama FEATURED

Pak Hoegeng dan The Hawaiian Seniors

3 Desember 2018   21:50 Diperbarui: 14 Juli 2019   04:47 7557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Hawaiian Seniors (Foto TVRI)

Namanya juga "Petisi 50", ditandatangani oleh 50 tokoh, Hoegeng salah satunya. Ada nama AM Fatwa dan HR Dharsono di dalamnya, yang kelak akan saya ceritakan juga.

Dalam sekejap, Hoegeng hilang dari pandangan mata pemirsa tanpa alasan jelas, sebagaimana lumrah terjadi pada masa Orde Baru. Alasan penguasa yang muncul kemudian karena The Hawaiian Seniors dianggap tidak mencerminkan musik asli Indonesia.

Lha, bukankah gurup musik itu sudah mengudara sejak selama 12 tahun? Bagaimana tiba-tiba dibilang tidak mencerminkan musik asli Indonesia? Ya, ini alasan konyol memang, tetapi itulah argumen dodol yang keluar untuk konsumsi publik.

Percuma juga Hoegeng berargumen kalau musik pop atau dangdut saja bukan berasal dari Indonesia dan toh tidak dilarang di TVRI. Mengapa musik Hawaii dilarang?

Sampai tutup usianya pada 14 Juli 2004 saat berusia 82 tahun, Jenderal Hoegeng pasti belum mendapat jawaban jelas, pokoknya breidel del...

"The Singing General" pada akhirnya paham tabiat buruk dari "The Smiling General" yang telah menunjuknya sebagai Kapolri itu. Hanya saja di mata Soeharto sang "The Smiling General", Hoegeng tidak tahu berterima kasih karena menandatangani "petisi laknat" itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun