Ahmad Sri Paus, Melupakan Istiqlal, Sebuah Provokasi yang Tidak Perlu
Suatu hari, pas ramai-ramainya soal Gaj Ahmada, teringat kisah lama soal paus yang dikatakan pindah agama. Langsung saja mencari dengan meminta bantuan Mbah Google, dan malah menemukan hal yang sangat luar biasa lucu. Mendiang Paus Yohanes Paulus II menjadi Muslim dengan nama Acmad Sri Paus.
Semalam, ketika terhubung dengan rekan-rekan dalam sebuah media sosial, ada rekan yang mengirimkan gambar soal ajakan "MELUPAKAN ISTIQLAL." Menarik adalah siapa yang mengadakan kritik dan siapa yang dikritik. Bak bumi dan langit soal pengetahuan agamanya, bahkan orang baru yang merasa lebih tahu dari ahlinya. Ada sebuah pengalaman menarik mengenai ini. Suatu hari ikut teman latihan tae kwon do, hari itu, dari beberapa tempat dikumpulkan jadi satu. Ada orang yang sudah sabuk hitam, tingkahnya ramai, sibuk, dan kelihatan sudah tinggi banget. Kan kelihatan sabuknya. Eh ada anggota lain, kalem, tenang, dan tidak banyak tingkah, dia sabuk putih, pas main-main itu, dia melakukan split,tanpa ancang-ancang, dan kaki pun rata dengan lantai. Ternyata yang sabuk putih itu hanya tidak pernah ujian, walaupun sebenarnya dia sudah mahir dan levelnya tinggi.
Makna dari Pendekatan Tersebut
Agama, apapun agamanya tentu mengatakan agamanya yang terbaik. Jika ada yang masuk ke agama yang sama tentu girang, dan sebaliknya. Itu manusiawi, tidak salah, dan wajar. Persoalan adalah, ketika hidup di alam majemuk dan plurali seperti Republik Indonesia, tentu berbeda, apalagi hanya isu tidak berdasar, dan jauh panggang dari api. Apa sih yang diperoleh dengan membuat isu paus pindah agama? Apakah serta merta akan membuat pengikut Katolik ikut juga? Sama sekali tidak, belum tentu, bisa-bisa malah tertawa, dan menertawakan. Setali tiga uang dengan ajakan  meninggalkan Istiqlal tersebut. Bagaimana orang bisa percaya dengan orang yang kadar keilmuan kognisi, hanya otaknya tahu sedikit begitu dipercayai? Agama, keimanan, teologi, apapun agamanya perlu namanya pendalaman, refleksi atas pengetahuan itu. Pengetahuan tidak cukup. Artinya semua tidak membantu manusia lebih mengimani imannya sendiri, menyakiti pihak lain iya.
Menyerang adalah Pertahanan Terbaik
Kepercayaan dalam olah raga sepak bola pertahanan terbaik adalah menyerang, ternyata menjadi andalan kelompok ini. Namun jangan lupa, pertahanan juga perlu kokoh, sehingga pas ada serangan balik bisa merespons dengan semestinya. Selama ini, kelompok-kelompok itu hanya menyerang dan abai akan data dan fakta yang membuat mereka kedodoran dalam mempertahankan diri. Jurus andalannya ngeles,dan mengatakan hanya becanda ketia ketahuan bohong dan klaim tanpa bukti. Pertahanan mereka porak poranda karena motivasinya hanya menyerang, soal bukti dan fakta bisa digali, pikirnya, padahal tidak demikian.
Minder Ditutup-tutupi dengan Kepongahan
Mereka ini sebenarnya orang-oranng minder, membesarkan diri dengan angan sendiri. Bak katak hendak jadi lembu.Padahal tidak perlu harus demikian, setialah paa proses dan tidak ada hasil yang berkhianat atas proses. Ketika membesarkan diri dengan angan dan menjatuhkan pihak lain, bisa sangat menyakitkan jika dirasakan, untungny syaraf malu dan sakit mereka telah putus dan tidak ada lagi, jadi biasa saja, besok buat lagi.
Jika Tidak Mau Disakiti, Jangan Menyakiti
Salah satu sikap toleransi adalah, kalau tidak mau disakiti jangan mau menyakiti. Selama ini hal ini telah diabaikan. Bagaimana orang yang ditinggalkan saudaranya, apapun alasannya tentu sedih, mengapa harus berpesta pora dengan berita yang diekspose berlebihan? Soal pindah agama. Sebenarnya tidak perlu ada yang dilebih-lebihkan, jika mau membalik, bagaimana jika itu terjadi padaku. Kembali toleransi bukan soal wacana, ide, kalimat, namun perilaku, sikap batin, dan tindak tanduk. Memahami, menyelami, bukan menuntut dan memaksakan kehendak untuk harus sama.