Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sepuluh Tahun Negara Damai karena Presiden Militer

26 Desember 2018   16:44 Diperbarui: 26 Desember 2018   16:51 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Militer faksi tertentu yang merasa susah mendapatkan akses ala lama yang meradang. Ini sangat mungkin. Pilihan-pilihan baru sangat radikal ditempuh. Bagaimana suap-menyuap mulai dihentikan, ini juga membuat banyak pihak meradang, yang biasa mengurus kenaikan pangkat atau seleksi dengan uang.  Cukup berat apa yang perlu disangga oleh banyak pihak yang selama ini terbiasa tidak mau kerja keras dan mengandalkan koneksi dan suap menyuap.

Beberapa pilihan lain, seperti penegakan Pancasila sebagaimana mestinya, membuat kelompok yang selama ini mendapatkan angin, meradang. Salah satunya jelas HTI. Bagaimana mereka selama ini leluasa melakukan apa saja, masuk ke semua lini baik pemerintahan, birokrasi, dan tentu militer, ketika angin surga itu dihentikan, mereka melakukan banyak hal untuk kembali merebut panggung mimpi mereka.

Pun dalam hal dunia usaha, di mana banyak dilakukan perbaikan dan meluruskan ini dan itu, seperti soal pengampunan pajak, penyederhanaan birokrasi berbelit sebagaimana selama ini, pameo kalau bisa dibuat susah, mengapa dipermudah, dan itu berkaitan dengan uang dan kolusi, tentu mereka-mereka ini akan mengadakan aksi dan reaksi yang menimbulkan banyak hal untuk memperkeruh suasana. Di sana potensi keriuhan tentu akan timbul.

Apa yang terjadi, antara keadaan tenang, damai, dan kondusif itu bukan soal militer atau sipil sebagai pemimpin, namun siapa yang bermain dalam keadaan yang ada, jauh lebih faktual. Sering atas nama demokrasi dan agama bisa bicara apa saja, namun tidak siap kalah dan kondisi tidak mudah, padahal itu adalah menyangkal salah satu esensi agama dan demokrasi.

Terima kasih dan salam


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun