Di ujung pesisir yang sangat jauh, sebuah desa telah melaksanakan pemilihan kepala desa yang baru. Warga desa menaruh harapan yang besar kepada kepala desa yang terpilih demi kemajuan desanya, yang jarang tersentuh oleh kebijakan-kebijakan pemerintah. Di sana air bersih susah didapatkan, kalaupun ada harganya tak murah, kerisis ekonomi melanda dan anak-anak warga desa tetap ingin melanjutkan sekolah.
"Pak, sudah sebulan Anda terpilih sebagai kepala desa yang baru, tapi sampai hari ini Anda belum mengeluarkan program demi kemajuan desa ini," kata Sekretarisku.
"Oh... program ya..," sambungku cepat.
"Begini, bagusnya kita gunakan dana desa aja, tapi hanya sepertiganya untuk program, selebihnya untuk kita korupsi," kataku lagi kepada Sekretaris.
"Terus, kita ditangkap KPK Pak, sambil dipoto-poto, terus kita terkenal dan tersenyum sok manis padahal kita mencuri uang rakyat," terang Sekretarisku dengan nada heran.
"Hahaha..., bercanda kok, jadi pejabat pemerintah serius amat sih," tawaku lepas.
"Kirain..."
Satu minggu sebelu HUT kemerdekaan Indonesia yang ke-72, aku berpikiran untuk membuat program ke warga desa, agar setiap warga diwajibkan mengibarkan bendera di depan rumahnya.
"Assalamu 'alaikum wr..wb.., disampaikan kepada seluruh warga desa Pappoji, bahwa kepala desa kita yang baru mewajibkan mengibarkan bendera merah putih di depan rumahnya masing-masing, sehubungan dengan HUT RI ke 72, maka akan diadakan upacara bendera, terima kasih," jelas Sekretarisku di mikrofon masjid.
******
Warga desa berlomba-lomba mengibarkan bendera di depan rumahnya dengan ukuran dan tiang yang mereka tentukan masing-masing. Yang menurutnya paling indah.