Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Siswa Menyontek Saat Ujian karena...

6 Desember 2019   15:08 Diperbarui: 6 Desember 2019   17:40 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa menyontek. (satuharapan.com)

Dari Menyontek, Permasalahan Pendidikan Kita Semakin Jelas
Wajar jika selama ini UN ada indikasi kecurangan. Siswa tidak tahu harus jawab apa, sedangkan target pemerintah pusat dan kabupaten harus sebegini dan sebegitu. Beberapa sekolah pasti mengakui bahwa pendidikan hari ini semakin senjang, dan UN semakin menambah kesenjangan itu.

Kurikulum yang padat jadi beban besar guru dalam mengajar dan jadi makanan tambuh berpiring-piring bagi siswa untuk memakannya. Mirisnya, waktu yang diperlukan untuk menghabiskan materi lebih singkat daripada waktu menunggu buku revisi kurikulum tiba. Siswa akan melaksanakan ujian semester 2, buku semester 1 baru tiba.

Begitu pula dengan ujian sekolah. Wajar jika selama ini siswa menyontek. Kadang KKG (Kelompok Kerja Guru) atau MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) tidak aktif tapi malah mereka yang buat soal. Lah, mereka tahu apa!

Guru yang mengajar, guru yang tahu dengan kemampuan siswa malah orang lain yang menilai. Hebatnya, tidak terdengar tindak lanjut seperti evaluasi butir-butir soal yang bermasalah, kesesuaian soal dengan kemampuan dan ketercapaian siswa, serta pemangkasan materi berlebih di dalam soal.

Yang sering terdengar adalah nilai rata-rata ujian dalam suatu sekolah, kabupaten, provinsi, maupun negeri. Kemudian tentang nilai terendah dan tertinggi pada mata pelajaran tertentu maupun seluruh mata pelajaran. Dari sini jangankan siswa, sekolah pun ingin menggapai nilai tertinggi itu.

Ditambah lagi dengan adanya kesempatan, maka siswa akan senang sekali untuk menyontek. Terang saja, jika guru masuk sekadar membagikan soal ujian kepad siswa lalu ia kembali ke kantor, kira-kira apa yang terjadi? Pasti siswa akan selesai mengerjakan ujian sebelum waktunya.

Jika sudah sering seperti ini, mulailah ada kecenderungan untuk menyukai guru-guru tertentu sebagai pengawas. Karena apa? Karena memberikan ruang bagi siswa untuk menyontek. Jangan sampai guru bangga dengan penobatan ini. Hmmm

Pendidikan Lebih Menghargai Nilai Daripada Kejujuran?

(dailymail.co.uk)
(dailymail.co.uk)
Guru menasehati tentang kejujuran kepada siswa. Pemerintah juga, menteri juga demikian. Tapi, saat siswa jujur dengan nilai 10, 20, 30, atau bahkan nol berikut dengan pengakuan "saya belum bisa Pak!", mereka malah ditinggalkan dan dianggap lemah.

Bahkan, penderitaan siswa seperti ini kian bertambah ketika mereka dimarahi oleh orangtua dan tidak boleh main HP lagi. Pasti siswa akan takut dan mereka akan memperjuangkan nilai tinggi, bagaimanapun caranya.

Siswa mau-mau saja jujur, tapi bagaimana dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang menyentuh angka 70 bahkan 80 di setiap mata pelajaran? Bagaimana pula dengan hinaan yang mereka terima sebagai akibat dari kejujurannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun