Mohon tunggu...
Litha Oyoshi
Litha Oyoshi Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Senang menulis di HOKI, biar dapat HOKI. Hidup ini adalah warna dan menulis adalah warna hidupku.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Belajarlah dari Seorang Preman

11 Agustus 2012   19:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:55 1452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sangat senang memperhatikan aneka macam kompasianer dengan berbagai macam tulisan, profile, dan gaya bahasanya. Bahkan saya  pun sering tertawa jika menemukan profile yang lucu kata-katanya. Hingga pada suatu ketika,  saya melihat sebuah profile dengan fotonya yang lucu/menurut saya pribadi. Apalagi membaca namanya, membuat saya ketawa ngakak.

Setelah saya perhatikan  kepribadian orang ini sangat unik. Mengapa? dia selalu merendah,  tidak seumumnya jika orang berkenalan dengan kita biasanya selalu yang tinggi-tinggi ucapannya/itu sudah saya alami dan temukan beberapa kali jika kenal dengan seseorang. Misalkan orang itu mengaku punya bisnis yang berkaitan dengan luar negeri, orang kantoran, pengusaha, manager, dan sebagainya.

Entah takdir atau bagaimana asal muasalnya akhirnya saya mengenal kompasianer tersebut/mengenalnya via kompasiana saja. Ia mengatakan bahwa dirinya hanyalah tukang parkir, uang hanya cukup untuk makan, dan ia pernah menjadi preman gara-gara memukul  sesama  preman akhirnya ia di penjara. Meskipun ia memukul  untuk membela kebenaran,  toh tetap saja hukum  menyalahkannya.  Yang benar menjadi salah  (ia memukul preman yang meminta uang kepada para pedagang kecil/malakin pedagang).

Jika dipikir-pikir, berbuat baik itu ada resikonya juga. Segala yang benar menjadi salah dan yang salah dibenarkan. Sudah sedemikian runyamkah dunia ini?. Sepertinya begitu, dimana kebenaran telah bergeser menjadi kesalahan yang teramat dibanggakan. Dan begitu banyak manusia yang hanya melihat dari satu sisi tentang kebenaran. Yang penting ada buktinya, itulah cara berpikir manusia dengan segala kelemahannya (bukti bisa diperlihatkan dan orang hanya menyiratkan sebagai kebenaran nyata). Padahal dibalik bukti, belum seluruhnya benar.

Kita ambil contoh, preman di atas memukul preman yang malakin para pedagang kecil/tujuannya adalah membantu orang yang dipalakin (namun bukti menyudutkannya ia memukul orang). Dan ia pun masuk penjara dengan tuduhan menganiaya orang/memukulnya).

Begitu juga ada seseorang merampas hak  orang lain, dan seseorang yang terampas haknya menginginkan haknya kembali.  Karena kelicikan seseorang,  justru orang itulah yang seakan-akan menganiaya dan merampas hak  orang yang benar-benar menganiayanya. Itulah fenomena yang terjadi disekitar kita  (banyak sekali).

Dalam hal ini sebenarnya kembali kepada sang pelaku. Bagi yang berjiwa pecundang tetaplah pecundang!?. Dan sedikit sekali orang yang berjiwa ksatria,  yaitu nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake (artinya:berperang/mengahdapi musuh tidak  membawa teman/by one dan menang tidak dengan cara merendahkan orang lain). Berapa orang manusiakah, yang memiliki sikap ksatria seperti ini?.

Manusia lebih senang menutupi kesalahan pribadinya dan mencari kawan untuk menjatuhkan lawan dengan berbagai cara. Ada juga orang yang senang mencari-cari kesalahan orang lain, kesana-kemari kasak-kusuk, padahal mereka sepertinya orang yang cukup pintar beragama. Dalam agama diajarkan agar kita jangan memfitnah orang, menganiaya orang, jangan membunuh, jangan ini jangan itu....namun berapa gelintir manusiakah yang bisa menyiratkan ajaran agama dengan benar?. Padahal mereka bisa membaca alkitabnya masing-masing/toh tetap saja mereka melakukan itu. Dimana salahnya?.

Salahnya karena manusia seperti itu belum memiliki kesadaran! jika sadar pastilah seseorang itu takkan pernah melanggar apa yang diajarkan dalam alkitabnya. Berhubung mereka hanya sekedar bisa membaca Alkitabnya saja, sehingga jadilah mereka manusia bertingkah sedemikian rupa.  Sungguh menyedihkan....... Banyak manusia senang bergunjing, berbicara hal yang tiada berguna, padahal jika mereka tahu diam adalah dzikir.

Aku lebih senang dikatakan galak, dudulz, kagak sekolah, suka maki orang dari pada gue ngember kesana-kemari. Bisa masuk neraka tahu...?! Neraka itu  panasss.... bayangkan,  jika masuk neraka kita gak bisa bobok, jalan-jalan, apalagi ngemil...... ouhhh...?!. Kata pak Ustadz baca surat Al-Hujurat (gue lupa ayat berapa cari aja sendiri dan simak satu persatu). Kalian jangan bergunjing!. Ngerti ommm.... tanteee... mbakkk.... masss..... katanya loe semuanya beragama?!  O yeahhh....??!.

Kali ini aku punya teman preman. tapi masih lebih baik dari pada yang kukira baik ternyata ohhhh....ternyata!. Sorry....gue bukan siapa-siapa, orang gak penting, dan orang biasa saja.  Ada loh yang inbox nanya gue siapa sebenarnya???. Aku jawab ya, aku cuma anak "Yatim" yang pernah punya ayah dan ditinggalkan selamanya, tanpa sempat aku melihat wajahnya/karena aku masih di perut mamaku. Kenapa  kamu masih musuhi dan ganggu aku terus?. Aku gak mau lagi itu, juga bicara denganmu....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun