Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Buku

17 Mei 2019   14:15 Diperbarui: 17 Mei 2019   15:10 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://blogs.mcgill.ca/caps/files/2015/06/art-books-cats-paint-painting-Favim.com-286808.jpg

Nak, Ayah semakin tua, bukan karena rambut ini memutih semua.
Juga bukan karena pohon besar di belakang rumah.

Coba lihatlah, dinding kamar Ayah yang mengelupas.
Nampak batu bata yang digerus waktu.

Nak, Ayah semakin mudah lelah, bukan karena nyeri dada yang sesak.
Juga bukan karena rumah kita paling kecil diantara rumah tetangga.

Coba keluarlah, lihatlah tetanggamu yang sudah berganti.
Bangunan lama menjadi baru.
Bangunan besar bergaya minimalis.
Tak ada lagi rumah kusam, kini semua telah berpagar hitam.

Nak, Ayah tak mau jauh-jauh dari kamar ini.
Biarkan kamar ini pengap oleh buku-buku.
Warisan kertas yang menguning, seperti emas diterpa senja.

Kelak, bacalah buku-buku itu.
Agar engkau tahu tentang kehidupan yang dimakan waktu.
Tentang orang tua yang menjual rumahnya kepada anak muda.
Sampai akhirnya rumahmu bukan disini lagi.

Coba lihatlah, dinding kamar Ayah yang mengelupas.
Nampak batu bata yang digerus waktu.
Bersama coretan tanganmu saat kanak-kanak dulu.

Malang, 17 Mei 2019

Selamat hari buku nasional, 17 Mei 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun