"Abang X?"
"Iya, abang sepupunya yang sekolah di Mesir. Katanya lagi pulang ke Palembang, kan?"
Orang-orang yang berada di hadapan saya ini menunjukkan raut muka yang aneh luar biasa. "Tidak ada anggota keluarga kami yang bersekolah di Mesir," ujar salah seorang diantaranya yang merupakan Paman dari Sekar.
Untuk menguatkan alibi, saya lantas mengajak ke rumah sahabat saya yang tadi juga ikutan jalan bersama. Tak puas di situ, saya juga mengajak anggota keluarga ini ke rumah teman saya yang lain, yang juga mengetahui cerita soal adanya sepupu yang bersekolah di Mesir ini.
Malam itu, anggota keluarganya si Semak pulang dengan tangan kosong. Â
Info "Orang Pintar" dan Ancaman Pengaduan ke Polisi
Orang tua saya mau tak mau harus terlibat. Secara, di malam-malam selanjutnya, semua anggota keluarga mulai bergiliran mendatangi saya termasuk ibu kandungnya.
"Saya tahunya dari temen Semak yang lain kalau dia dekat sama Yayan," ujar sang ibu. "Lagipula, pas kami cek panggilan telepon keluar, sebagian besar mengarah ke no handphone-nya Yayan." (ya ya, pas SMA udah punya hape dong).
"Tapi saya benar-benar nggak tahu di mana Semak, bu," ujar saya.
"Iya, ini kasihan papanya sampai sakit memikirkan Semak."
Selesai? Nggak! Di malam yang lain ada lagi anggota keluarga Semak yang datang dan terang-terangan berkata, "berdasarkan informasi orang pintar, Semak adanya ya di sekitaran sini," ujarnya.
Mendengar itu, jelas dong orangtua saya marah. "Silakan kalau bapak mau periksa ke dalam," ujar ibu saya. Tapi, mendengar itu mereka ciut juga. "Ya paling nanti kalau mentok kami akan lapor ke polisi," ujar mereka.