Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Beli Makanan dengan Membawa Rantang? Kenapa Tidak?

10 Mei 2019   14:17 Diperbarui: 10 Mei 2019   14:23 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bayangkan jika limbah plastik seperti ini berada di sekitar kita. Source homegrown.co.in

Mau beli pempek misalnya? Minimal banget butuh 3 kantong plastik. Pertama, buat pempeknya. Kedua, buat cukonya. Ketiga, plastik kantung besar untuk membawa kedua plastik sebelumnya. Mau tambah minum es kacang merah? Ya sama, dibungkus pakai plastik juga. Jikapun pakai gelas, ya gelasnya plastik. Sedotan dan sendoknya? Plastik juga. Dan, biasanya makanan dan minuman dibungkus terpisah. Makin banyak plastik yang digunakan jadinya. Itu baru jajan di satu warung loh.

Pengusaha dan Pembeli Harus Bersinergi

Untuk mengurangi sampah plastik, baik pedagang dan pembeli harus saling bersinergi. Kesadaran masyarakat atas plastik sudah semakin meningkat, tapi masih harus didukung banyak pihak. Pertama, dari pemerintah sebagai regulator. Dulu, sempat ada peraturan pembebanan biaya plastik kepada konsumen. Banyak yang protes, tapi efeknya lumayan sih.

Tapi sayangnya peraturan ini kemudian dihilangkan. Pun, ketika diterapkan, menurut saya harga satu kantung plastik yang dihargai Rp.200 masih sangat murah. Saya pribadi rela jika 0-nya ditambah. Alias, 1 plastik dihargai Rp.2000. Pasti banyak diprotes, tapi efeknya saya yakin jauh lebih besar.

Kedua, gak perlu malu membawa wadah makanan sendiri ketika membeli satu makanan. Ibaratnya nih ya, mau bawa rantang sekalian, ya hayuk aja. Malu? Mungkin pada awalnya. Tapi, semakin banyak orang yang melakukannya, semua akan jadi terbiasa.

Saya jadi ingat satu kisah kawan saya yang beli martabak manis dengan cara membawa wadah makanan sendiri. Lucunya, aksi ini malah diprotes sama pedagangnya.

Botol air dari mikroalga. Source www.extremetech.com
Botol air dari mikroalga. Source www.extremetech.com

"Mbak, kalau pake wadah makanan gini, saya jadi bingung nyusunnya. Lagian jadinya berantakan."

Sama teman saya dijawab, "ya gakpapa berantakan bang. Saya kan butuh makanannya, bukan cakep apa nggak saat dibungkus." Hehehehe.

Lalu, misalnya lagi, saat makan di warung atau resto. Sedotan biasanya sudah diletakkan di gelas. Padahal mungkin saya pengunjung tidak menghendakinya atau si pengunjung sudah punya sedotan yang dapat dipakai ulang. Intinya, mengenai hal ini memang harus bersinergi keduabelah pihak.

Ketiga, semoga saja semakin banyak orang yang menggunakan kantung bebahan ramah lingkungan. Seiiring perkembangnya zaman, sudah banyak temuan demi mengatasi problem pastik ini. Misalnya saja kantung plastik yang terbuat dari pati singkong yang tentu saja lebih mudah terurai. Nggak kayak plastik mie instan yang terapung belasan tahun tapi tetap tidak hancur. Semua udah pada tahu beritanya kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun