Mohon tunggu...
Okti Nur Risanti
Okti Nur Risanti Mohon Tunggu... Penerjemah - Content writer

Menulis adalah salah satu upaya saya dalam memenuhi misi mandat budaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Yang Jadul yang Keren

11 Juni 2019   21:23 Diperbarui: 13 Juni 2019   23:17 1555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemeran Lupus | Kolase Tribunnews.com

Tidak seperti musik dan penyanyi era sekarang yang easy come, easy go, musik '80-'90an itu long lasting dan unforgetable.

Kedua, rumah dan bangunan jadul. Buat saya, rumah jadul, apalagi yang bergaya kolonial itu keren abis. Selain terlihat megah, bangunan dan rumah jadul biasanya mengandung materi bangunan yang awet dan berkualitas.

Selain itu, bangunan jadul juga punya gaya yang sangat khas. Pintu klasik, jendela tinggi dan lebar, plafon tinggi, ubin tegel, dan teras besar adalah hal-hal yang sudah jarang dimiliki rumah pada zaman sekarang.

Sayang sekali, jarang ada orang yang mau mempertahankan rumah bergaya jadul, dan lebih suka membongkarnya mengikuti tren bangunan terkini. Padahal, rumah bergaya jadul itu rata-rata unik, kokoh, dan cantik dari segi estetika.

Ketiga, film jadul. Buat saya yang jadi penggemar film drama, komedi, romance, dan cerita klasik, film-film pada era '80-an atau '90-an atau bahkan lebih jadul dari itu jelas lebih memenuhi selera saya dibandingkan film-film sekarang yang lebih mengutamakan kecanggihan teknologi dan aksi seru semata. Jalan cerita yang apik, akting yang natural, kedalaman cerita, dan dialog yang menyentuh adalah sesuatu yang jarang bisa didapati dalam film-film yang sekarang menjadi box office di bioskop.

Keempat, lalu lintas jadul. Jelas lha ya, pada zaman dulu, karena jumlah kendaraan pribadi belum sebanyak sekarang, jalan-jalan pun lebih nyaman untuk dilalui, meski jalan tol belum banyak dibangun di mana-mana. Macet? Belum parah tuh.

Kelima, cara jadul. Hal-hal seperti menyuguhi tamu dengan minuman dari cangkir atau gelas (bukan air minum dalam kemasan), menulis di kertas, makan dengan piring (bukan styrofoam), belanja dengan keranjang, baca buku cetak, mengirim kartu ucapan ulang tahun, Natal, Lebaran, atau perayaan lain, dan berbagai cara jadul lainnya, yang kalau kita cermati sesungguhnya lebih bersifat ramah lingkungan dan ekonomis.

dokpri
dokpri
Keenam, komik, novel, kartun, dan sitkom jadul. Masih ingat dengan cergam Nina, Steven Sterk, Donal Bebek, buku serial Lima Sekawan, Sapta Siaga, Pasukan Mau Tahu, Agatha Christie, Lupus, kartun Mulan, Cinderella, Snow White, Beauty and The Beast, sitkom Family Ties, Growing Pains, Who's The Boss, Friends, dan lain-lain yang dulu pernah kondang pada zamannya? Tidak ada lagi yang semacam itu saat ini.

Ketujuh, perabot jadul. Perabot jadul itu awet dan antik, bikin rumah jadi cantik. Ini tentu masalah selera, tapi kalo dipikir-pikir, seperti halnya bangunan dan rumah jadul, barang jadul memang biasanya ciamik punya, alias awet dan berkualitas.

Buktinya? Lihat saja perabot yang dimiliki kakek nenek kita dulu. Dari keberadaannya yang masih kita simpan saja sudah kelihatan kalo perabot mereka dulu memang punya kualitas dan materi yang lebih baik.

Bandingkan dengan perabot yang kita beli dua sampai lima tahun lalu, yang sudah syukur kalau sampai hari ini masih bisa dipakai dan tidak rusak atau berubah bentuk/rupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun