Mohon tunggu...
dodo si pahing
dodo si pahing Mohon Tunggu... Buruh - semoga rindumu masih untukku.

Keinginan manusia pasti tidak terbatas, hanya diri sendiri yang bisa mengatur bukan membatasi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Agro Jolong Pati yang Sekarang Sangat Beda

24 Desember 2019   21:17 Diperbarui: 24 Desember 2019   21:30 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri : menuang kopi ke gelas

Pagi-pagi anak-anak suaranya sudah seperti burung betet yang minta makan. Cuwit-cuwit tidak minta sarapan tetapi ingin piknik lagi. Kemarin sudah Jepara, setelah di Pati terus minta mancing, hari ini merengek  ingin jalan-jalan lagi. Dan saya sendiri, masih siap kalau hanya wisata tipis-tipis. Dan destinasi wisata yang paling cocok adalah di daerah pegunungan saja. Kemarin sudah ke pantai, sangat kontras kalau ke tempat yang berudara sejuk. Di jolong saja pikirku, tempat yang tidak begitu jauh hanya 90 menit. Dari Gabus, Pati  ke barat laut sekitar 40 km di daerah Gembong di lereng gunung Muria.

Menikmati wisata bukanlah tujuannya yang bisa jadi patokan senang atau kecewa, tetapi menikmati tiap detik waktu yang dihabiskan menikmati setiap jengkal tempat yang kita jadikan tujuan agar kesenangan dari berwisata bisa maksimal. Kira-kira waktu yang akan kita habiskan adalah tujuh jam dengan asumsi berangkat jam 10.00 dan sampai di rumah jam 17.00. karena waktu yang di pakai untuk perjalanan 180 menit atau tiga jam. 

Sementara untuk menikmati tempat wisata empat jam. Rencana harus selalu ada meskipun piknik tipis-tipis. Dan tugas saya sebagai supir, penanggung jawab perjalanan, penanggung anggaran adalah sang istri, anak-anak tukang tepuk surai yang menjadi subyek wisata. Masing-masing mempunyai peran dengan tujuan tidak ada yang sedih.

Jolong tampang mendung dan berkabut jika dilihat dari kota Pati. Perjalanan dengan tujuan menghilangkan kegundahan dengan menikmati kuasa Tuhan adalah sangat menyenangkan. Jalan yang hanya pas untuk satu mobil ukuran kijang jadi bisa dibayangkan tiba-tiba berpapasan dengan mobil lain. 

Mungkin lima tahun lalu harus mengalah dengan menyingkir dan salah satu mobil baru bisa lewat. Dan pagi ini tidak lagi, mobil dari dua arah bisa berjalan meskipun harus pelan ketika berpapasan. jalan sudah beraspal hotmix, mulus sangat membantu perjalanan. Meskipun jalan tetap sama lebarnya karena tidak memungkinkan melebarkannya karena kanan atau kiri jalan adalah jurang.

Dokpri : jalan berekelok, menanjak, dan sempit namun berhotmix
Dokpri : jalan berekelok, menanjak, dan sempit namun berhotmix
.Anak-anak tidak merasakan kesulitan di medan perjalanan yang agak sulit ini, yang mereka tahu adalah berwisata. Dan itu pun sedikit banyak mengurangi ketegangan saya karena mobil-mobil berplat B, G, H, banyak di temui  di samping mobil dari kota Pati dan sekitarnya. Wah, akan padat nih di atas pikirku. Anak-anak selalu menyanyi dengan lagunya sendiri yang syairnya hanyalah satu kata yang di ulang dan tiap suku kata dipanjangkan, terdengar lucu yang membua ramai adalah semua orang harus menyanyikan bareng-bareng
....
enak....enak...enak... naaaak.
suka...suka....suka...kaaaaaa.
happy...happy...happy...piiii.
....
Dan seterusnya, dan setiap orang di mobil harus mencari kata baru dan tidak boleh mengulang. Begitulah, sehingga tape mobil tidak di on-kan.
dokpri : menuang kopi ke gelas
dokpri : menuang kopi ke gelas
Tak terasa pintu gerbang tempat wisata Jolong yang berupa tugu cangkir kopi yang dituangkan sudah di depan hidung mobil. Setelah dapat karcis yang ditebus dengan Rp.10.000, segera saya cari parkir di area yang sudah disediakan petugas. 

Rerata petugas yang ada di sini adalah masyarakat sekitar, atau pegawai perkebunan wilayah XIX pati. Karena memang wisata jolong mulanya adalah perkebunan yang pada awalnya adalah perkebunan kopi yang berada di lembah gunung Muria bagian utara, dan kecamatan Gembong. 

Bekas pabrik pengolahan kopi yang dulu pernah jaya peninggalan Belanda masih kokoh berdiri dan beberpa bangunan kuno yang berfugsi sebagai tempat tamu penjabat yang tidak kalah uniknya masih terpelihara dengan sangat baik. 

Sekeliling bangunan itu ada lapangan tenis dan kolam renang anak-anak.

"Renaaang..." teriak anak-anak ketika sampai di smaping lapangan tenis yang juga dijadikan wahana outbond anak-anak. Rasanya tidak afdol kalau ke Jolong tidak menikmati kopi khasnya dengan cemilan telo goreng, pisang goreng, dan tempe goreng. 

Siang jam 13.00, namun tidak terasa karena terbantu dengan musim hujan yang belum hujan di sini. Sehingga menikmati anak-anak yang bermain air seolah-olah membayangkan saat masa kecil bermain air di umbul Ponggok kala masih kecil.

dokpri : olam renang dan outbond
dokpri : olam renang dan outbond
.Saya pikir anak-anak akan berlama-lama bermain air, nyatanya baru satu jam sudah selesai. Katanya air di sini sangat dingin. Ya, iyalah nak ini daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 750 dpl jadi ya lumayanlah dinginnya. Namun tidak aku terangkan secara ilmiah biarlah mereka tahu dengan sendirinya, hanya saya katakan nanti kalau ingin air hangat di rumah, masak air.

Destinasi lain yang diinginkan anak-anak adalah naik mobil jeep jelajah perkebunan yang memang disediakan oleh pihak perkebunan dengan biaya satu mobil Rp300.000. Haduh beginilah anak-anak, saya nasihati saja  besuk kalau ada waktu yang lebih lama. Sebenarnya masih saja anak-anak merengek namun orang tua tidak akan kehilangan akal untuk mengalihkan perhatiannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun