Problemnya, bagaimana jika dosen masuk di delapan kelas dengan jumlah masing-masing mahasiswa per kelas 25-30 orang. Bagaimana mungkin mengingat-ingat satu demi satu dari sepuluh aspek attitude pada diri mahasiswa? Anak kandung saja kadang tidak sebegitunya diperhatikan di rumah. Mau tidak mau wajib memberikan penilaian.
Sepertinya dosen dan mahasiswa dipacu  terus berlari bersama zaman. Dengan kurikulum baru tetap menjaga semangat peningkatan mutu anak bangsa. Demi meninggikan angka capaian pembelajaran sesuai KKNI. Katanya, agar kualifikasi sarjana Indonesia tak lagi selevel dengan lulusan SMA dari negara tetangga seberang, Singapura.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!