"Apa bila malam tiba, saya stress membayangkan apa yang bakalan terjadi nanti malam," keluh salah seorang penduduk yang bertempat tinggal di batas desa bagian barat.Â
Saya suruh dia lapor ke polisi. Katanya masih mikir-mikir. "Selama ini hubungan saya dan orang tua mereka sangat baik. Saya tak tega anak-anaknya berurusan dengan hukum," tukasnya.
Kepada saya Ibu berinisial L ini menjelaskan, dia sudah dua kali mendatangi orangtua dan Kepala Desa setempat minta tolong agar anak-anak tersebut ditegor dan dijaga. Amannya cuman semalam dua malam. Setelah itu ribut lagi.
Terakhir Ibu L dan suaminya habis kesabaran. Mereka  melapor ke pada petugas kenalannya. Tapi secara pribadi. Belum melalui surat resmi.
Dengan sigap petugas tersebut merespon. "Bilang pada Kepala Desa di sana, polisi akan betrindak. Jangan salahkan kami andaikan ada yang terserempet peluru."
Begitu pesan sampai kepada Kepala Desa terkait, Â segera diumumkannya ke dalam Masjid.
Mulai malam itu sampai sekarang, tiada lagi keonaran di daerah yang saya sebutkan sebagai perbatasan bagian barat itu.
Selain itu, selaku orangtua  agar menjaga anak-anaknya masing-masing. Terutama pada malam hari. Dimana mereka nginap. Siapa saja teman bermainnya. Dalam hal ini orangtua dihadapkan pada berbagai dilema. Di daerah saya, kebanyakan anak-anak nakal yang suka keluyuran malam ini tinggal bersama neneknya.Â
Orang tuanya bekerja di Malaysia. Uang mengalir setiap bulan membuat mereka leluasa berleha-leha dan melakukan sesukanya. Oleh nenek, mereka  hampir lupa bahwa memanjakan cucu secara berlebihan berakibat fatal pada masa depan anak itu sendiri.
Hal lain tak kalah penting, apabila orangtua melihat gelagat mencurigakan dari anak-anaknya, seumpama  sering keluyur malam dan diisukan terlibat perkelahian, segera tanyakan dan ajak ngomong secara baik-baik. Jangan dimarahi, jangan pula dibela dan dimenang-menangkan.