Berita yang sedang ramai adalah soal penyerangan ahli IT dari ITB Hermansyah di tol Jagorawi oleh sekelompok orang. Yang justru tak kalah menarik adalah berita kunjungan Ketua Gerakan Nasioanl Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI) Bachtiar Nasir dan penasehat hukum FPI Munarman untuk membezuk Hermansyah.
Lalu berkembang opini bahwa kunjungan Bachtiar Nasir dan Munarman itu untuk melihat perkembangan kesehatan Hermansyah yang diklaim sebagai sahabat atau staf ahli GNPF MUI dan FPI di bidang Teknologi Informasi (TI). Klaim itu banyak dikaitkan dengan pernyataan Hermansyah di Indonesia Lawyer Club (ILC) tanggal 6 Juni 2017 bahwa Chat mesum Habib Rizieq Shihab (HRS) dan Firza Husein (FH) adalah palsu alias rekayasa. Hermansyah mengatakan secara teknis kelihatan bahwa foto di Chat itu rekayasa yang terbilang sangat ceroboh atau kasar dengan menggunakan program photoshop. Di samping itu telpon HRS telah di intersave yaitu sebuah program buatan Israel yang sangat canggih yang bisa menyadap atau mengkloning telepon siapapun. Kesaksian Hermansyah ini tentu dianggap menguntungkan dan membela HRS sehingga wajarlah Hermansyah dikunjungi oleh Bachtiar Nasir dan Munarman.
Apakah betul demikian? dari kesaksian yang ada ternyata insiden itu karena emosi akibat serempetan mobil Hermansyah dengan mobil teman si penyerang yang akhirnya dibela oleh penyerang yang merupakan teman yang mobilnya serempetan dengan mobil Hermansyah. Polisi tentu akan lebih mendalami lewat penyelidikan. Perkara emosi ini biasa kita lihat dalam berlalu lintas di Kota sepadat Jakarta.
Maka menurut saya, mengkait-kaitkan insiden penyerangan dengan pernyataan Hermansyah di ILC soal Chat HRS dengan FH sudah terlalu jauh. Hal ini justru akan memanaskan kembali situasi politik dan keamanan Indonesia yang sudah mulai mendingin pasca Pilkada Jakarta.
