Matahari mulai menunjukkan sinar mentarinya. Ira mulai siap-siap pergi ke sekolah. Setelah mempersiapkan diri, Ira pun berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Dipandanginya sawah-sawah disekelilingnya. Ia melihat berbagai macam tanaman di sawah. Ada padi, jagung, umbi-umbian, dan lain-lain. Dan ketika ia melihat ke arah langit, tampak burung-burung berterbangan dengan gembira dengan arah tujuan yang sama.
Tak terasa Ira telah sampai ke sekolahnya. Di kelas ia bertemu dengan teman-temannya. Ira tidak tahu, kenapa suasana kelas tiba-tiba berubah dan berbeda dari biasanya. Tentu saja, Ira terkejut dengan suasana kelas saat ini. Dan Ira akhirnya bertanya dengan salah satu temannya.
“Hai, Rina. Ada apa nih kok kelihatannya teman-teman pada sedih semua sih.” Kata Ira penasaran
“Ira, kamu belum tau ya?” kata Rina
“Maksudnya apa, kok belum tau. Ada apa sih sebenarnya Rin?” tanya Ira lagi
“Se...se...benarnyaa... salah satu teman sekelas kita ada yang meninggal Ira.” Kata Rina sedih
“Benarkah? Inna lillahi wa inna ilaiki roji’un... Siapa Rin?” tanya Ira
“Sari Ira.” Jawab Rina semakin terlihat sedih
“Apaaa...” kata Ira kaget
Seketika, tubuh Ira terasa lemas. Tentu saja Ira sedih, dan teman Ira satu kelas pun sedih. Karena Sari adalah satu-satunya anak yang baik di kelasnya. Sari selalu menolong teman-temannya yag kesusahan. Ketika ada soal matematika yang sulit, Sari dengan senang hati mengajari mereka. Selain itu, Sari termasuk anak yang pandai di sekolahnya. Ia selalu dapat ranking satu. Tapi ia tidak sombong. Sehingga ia disukai oleh teman-teman sekelasnya. Yang paling bersedih dengan meninggalnya Sari adalah Rina dan Ira. Sari adalah sahabat Rina dan Ira. mereka sangat kehilangan Sari. Sari adalah sahabat yang terbaik bagi mereka. Di mata Rina, Ira, dan teman satu kelas, Sari adalah anak yang sempurna. Namun, sayangnya ia adalah anak yang tidak mampu.
“Rina, kemarin aku baru saja menjenguk Sari di rumah sakit. Dan dia kelihatannya baik-baik saja. Dan masih bisa bercerita denganku. Dia kelihatan gembira kemarin, seperti tidak ada beban. Tapi satu hal yang aneh, dia meminta maaf padaku. Dan titip salam ke kamu. Aku nggak nyangka, kalau dia akan pergi secepat ini.” Kata Ira sedih
