Mohon tunggu...
Junus Barathan.
Junus Barathan. Mohon Tunggu... Guru - Profesional.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Purna Tugas PNS Guru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Darah Masih Menetes di Ujung Keris

1 Juni 2019   17:22 Diperbarui: 1 Juni 2019   17:27 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mata terbelalak terkapar meregang nyawa, na'as Anusapati berakhir di ujung keris mpu Gandring. 

Darah masih menetes di ujung keris dalam genggaman Tohjaya, tipu muslihat berhasil dendam terbalaskan. 

Angkara murka seakan tak kan terhenti, hingga sumpah serapah sang mpu Gandring berakhir di tujuh keturunan. 

Ken Arok telah menanamkan bibit-bibit dendam kesumat pada keturunannya, warisan yang menelan korban nyawa. 

Semua keturunan Sri Rangga Rajasah Amurwa Bhumi, pasti tewas di ujung keris saketi sang linuweh mpu Gandring. 

Tak terkecuali Ken Arok pun harus mati, terkoyak seluruh tubuh penuh goresan luka menganga akhirnya binasa.

Ki Pengalasan orang suruhan Anusapati, berhasil menghabisi Ken Arok, tiba gilirannya dia pun tewas oleh Anusapati diujung ketis yang sama. 

Duh Gusti katiwasan...!!! 

Singhasari, 1 Juni 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun