Mohon tunggu...
Adhi Nugroho
Adhi Nugroho Mohon Tunggu... Penulis - Blogger | Author | Analyst

Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kota Hidrogen di Indonesia, Sekadar Cita-cita atau Niscaya?

12 September 2018   06:50 Diperbarui: 12 September 2018   07:22 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota Hidrogen di Indonesia, Sekedar Cita-Cita atau Niscaya? | Sumber gambar: slidemodel.com (diolah dan disajikan kembali dalam bentuk infografis)

Prof. Eniya Listiani Dewi saat dianugerahi BJ Habibie Awards 2018 | Sumber gambar: harianterbit.co
Prof. Eniya Listiani Dewi saat dianugerahi BJ Habibie Awards 2018 | Sumber gambar: harianterbit.co
Pertama, teknologi hidrogen dari biomassa. Teknologi ini menghasilkan hidrogen yang bersumber dari biomassa, seperti bahan nabati. Potensinya pengembangannya pun sangat besar, mengingat Indonesia kaya akan bahan nabati. Bahan nabati yang dibutuhkan juga relatif mudah dan murah, karena bisa menggunakan subtrat organik yang berasal dari limbah dan sampah organik.

Bahan nabati juga bersifat terbarukan. Artinya bahan baku energi bersifat tidak terbatas. Selain itu, hasil samping pembakaran hidrogen berupa uap air, sehingga ramah lingkungan karena tidak menimbulkan efek rumah kaca, hujan asam, dan penipisan lapisan ozon.

Proses produksi gas hidrogen memanfaatkan fotosintesis atau fermentasi yang melibatkan mikroba, dengan menggunakan sebuah reaktor biohidrogen yang sudah dipatenkan. Berbagai spesies bakteri mampu menghasilkan hidrogen, misalnya Enterobacter aerogenes, Clostridium butyricum, dan Bacillus pumilus. Alhasil, nilai produksi yang dibutuhkan bisa menjadi sangat murah, yakni hanya Rp 90 per liter hidrogen.

Kedua, teknologi hidrogen dari proses elektrolisa air. Untuk memproduksi hidrogen dengan menggunakan teknologi ini, dibutuhkan air sebagai bahan bakunya. Caranya dengan menggunakan alat elektrolisa air dengan kapasitas 500 mL/min dan photovoltaic 100 W.

Sayangnya, teknologi elektronisa air murni memiliki satu kelemahan penting. Dibutuhkan energi listrik yang cukup besar sehingga biayanya menjadi besar dan dianggap kurang komersial. Teknologi ini bisa menjadi efisien apabila energi listrik yang digunakan bersumber dari energi terbarukan, seperti air, matahari, biomassa, atau kekayaan alam lainnya.

Terakhir, teknologi hidrogen dari proses elektrolisa methanol. Dibandingkan dengan elektrolisa air, energi listrik yang dibutuhkan untuk mengelektrolisa methanol jauh lebih sedikit. Tekanan gas hidrogen yang dihasilkan juga lebih besar. Artinya, biaya produksinya juga lebih bersahabat.

Dengan alat elektrolisa yang telah dikembangkan Eniya, teknologi ini mampu menghasilkan hidrogen sebanyak 500 liter per jam dengan daya listrik kurang dari 1,2 kW. Listrik yang digunakan berasal dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) photovoltaic.

Empat keunggulan energi hidrogen | Sumber gambar: berbagai sumber Sumber gambar: freepik.com dan dreamstime.com (diolah dan disajikan kembali dalam bentuk infografis)
Empat keunggulan energi hidrogen | Sumber gambar: berbagai sumber Sumber gambar: freepik.com dan dreamstime.com (diolah dan disajikan kembali dalam bentuk infografis)
Kota Hidrogen Bukan Sekedar Impian

Selain dengan inovasi teknologi, tingginya biaya produksi bahan bakar listrik dari hidrogen sebenarnya bisa ditekan dengan meningkatkan kesadaran perilaku industri, baik dari sisi produsen maupun konsumen.

Dari sisi produsen, hingga saat ini, jumlah pelaku industri yang memproduksi hidrogen secara masih sangat terbatas. Sehingga alat dan teknologi yang digunakan belum diproduksi secara massal. Apabila jumlah produsen hidrogen meningkat, maka peralatan produksi akan bertambah banyak sehingga struktur biaya bisa lebih efisien.

Demikian halnya dengan konsumen. Kesadaran industri untuk menggunakan EBT yang lebih ramah lingkungan ketimbang energi fosil, harus lebih ditingkatkan. Dan tentunya, peran pemerintah dalam memberikan insentif bagi industri yang menggunakan EBT juga tidak bisa dikesampingkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun