Mohon tunggu...
Ninok Leksono
Ninok Leksono Mohon Tunggu...

Born: Weleri/Kendal, Central Java, Jan 30, 1956 Position: Kompas Senior Editor Other positions: Member, National Research Council; Lecturer (non-permanent), Dept of International Relations, Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia. Other: Eisenhower Fellow (1993)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dibutuhkan, “Techno-ideology”

18 September 2008   12:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:25 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

MENRISTEK Kusmayanto Kadiman dalam kunjungan untuk berdiskusi dan buka bersama di Redaksi Kompas Kamis (18/9) menyinggung isu techno-ideology ini. Termasuk dalam wacana ini adalah kesediaan kita untuk membeli produk buatan dalam negeri, walaupun mungkin mutunya di bawah produk asing.

Sikap atau ideologi ini ia perlihatkan ketika ia berada di Hawaii untuk mengikuti demo peringatan dini tsunami. Ia membeli beberapa potong baju khas Hawaii, dan ia perlihatkan dengan bangga ke penjaga toko, bahwa baju-baju tersebut buatan Indonesia.

Tekno-ideologi memang menyiratkan keberpihakan terhadap hasil karya teknologi bangsa sendiri.

* * *

Di masa lalu, banyak negara termasuk Indonesia yang gencar mengupayakan pengembangan teknologi yang ditujukan untuk penguatan basis dan mendukung kepentingan nasional. Dalam perkembangannya, paham yang dikenal sebagai “techno-nationalism” di atas dikalahkan oleh “techno-globalism”, di mana aspek globalisasi mengalahkan sisi-sisi lain pengembangan dan pemanfaatan teknologi.

Tapi apa pun yang berkembang, negara membutuhkan “techno-ideology”. Ini lah yang salah satu butir pemikiran Menteri Ristek Kabinet Pembangunan VII (1998) Rahardi Ramelan yang ia tuangkan dalam bukunya “Teknologi dan Masyarakat” yang diluncurkan di BPPT Selasa (16/9). Buku ini berisi kumpulan pemikiran Rahardi sebagai seorang teknolog yang pernah berkecimpung dalam birokrasi.

Ikut serta dalam acara bedah buku yang dimoderatori oleh Menristek Kusmayanto Kadiman adalah budayawan Sapardi Djoko Damono dan ekonom Mayling Oei Gardiner. Keduanya banyak menyoroti sisi budaya dalam proses transformasi masyarakat Indonesia dari masyarakat agraris ke masyarakat industri.

Dalam banyak hal, budaya yang berkembang di sini dinilai belum menunjang proses transformasi yang diuraikan Rahardi, sehingga proses transformasi tidak memperlihatkan kinerja optimal, dan industrialisasi yang diidamkan terkesan kurang berhasil. Ini antara lain diperlihatkan oleh masih rendahnya kemampuan dalam negeri misalnya di bidang otomotif, atau untuk konteks era sekarang di bidang industri seluler.

Meskipun demikian, demi mendukung kepentingan bangsa ke depan, Indonesia masih tetap membutuhkan “techno-ideology”, yang diartikan sebagai paham kebijakan yang berpihak pada teknologi atau Iptek pada umumnya.

Peserta juga mempertanyakan, apa langkah yang akan diambil oleh Kementerian Ristek untuk pengembangan Iptek ke depan, khususnya ketika Indonesia semakin dihadapkan pada tantangan ekonomi, energi dan pangan. (nin/Kompas, Kamis 18/9/08)

* * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun