Mohon tunggu...
eny mastuti
eny mastuti Mohon Tunggu... -

Ibu dua orang remaja. Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ada Gen yang Mempengaruhi Pilihan Poligami atau Monogami

23 Agustus 2017   22:42 Diperbarui: 24 Agustus 2017   09:16 2056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
encrypted-tbn0.gstatic.com

Jika ini sunnah, mengapa seringkali membuat istri marah?

Poligami dalam agama Islam memiliki syarat yang harus dipenuhi, ketika dilaksanakan. Dari berbagai sumber disebutkan syarat poligami adalah :

  • Mampu Berbuat Adil : Adil dalam nafkah lahir dan bathin.
  • Tidak Melalaikan Ibadah : Jangan sampai poligami menyebabkan kualitas dan waktu beribadah menjadi berkurang.
  • Menjaga agama dan kehormatan Istri : Mampu memberi bimbingan dan didikan kepada istrinya. Suami diharuskan mendidik istri dengan didikan yang benar.

Ketika keputusan poligami direspon secara negatif oleh istri, dan berakibat adanya prahara dalam rumah tangga, mungkin ada syarat yang tidak terlaksana dengan baik. Fenomena saat ini, adanya  reaksi ekstrim para istri, adalah karena suami menikah diam-diam, menutupi dan bersikap seolah tidak ada apa-apa, semua baik-baik saja, dengan terus menerus berbohong kepada istri.

Lalu.... ,

- Dimana letak keadilan dalam sebuah kebohongan? Bohong berarti merampas hak orang lain / istri untuk  mendapatkan fakta kebenaran.

- Jika poligami diniatkan untuk ibadah, bagaimana cara membawa sebuah kebohongan menjadi suatu aktifitas bernilai ibadah?

- Pada titik mana, sebuah kebohongan mampu menjaga agama dan kehormatan istri?

Gen,  apapun jenis dan pengaruhnya bagi makhluk hidup, adalah rahmat dari Alloh SWT. Poligami adalah salah satu sunnah dalam agama Islam yang di dalamnya (sebenarnya) terdapat tujuan mulia untuk mengatasi problem - problem sosial. Seperti merawat janda dan anak-anaknya, mengentas kemiskinan dan menghindari zina.

Tidak ada maksud memprotes apa yang telah menjadi sunatulloh, hanya  menyayangkan adanya praktek poligami yang seringkali gagal menjadi solusi bagi kehidupan sosial, dan justru menjadi penyumbang masalah sosial  : perceraian, menjadikan anak-anak sebagai korban (broken home) dan efek domino lain yang menyertai.

Ponorogo, 21.57 -- 23 Agustus 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun