Dijelaskan, para ahli menemukan gen vasopresin alias "gen monogami" ini, sejak tahun 1981. Keluarga mamalia (termasuk manusia) sekitar 5 persen spesies nya cenderung monogamis, 95 persen cenderung gonta ganti pasangan. Beda dengan bangsa burung yang 98 persen spesies nya monogamis.
Panjang pendek gen monogami ini tidak dapat diindra secara langsung, untuk mengetahui nya harus melalui pemeriksaan laboratorium. Jawaban Dokter @ryuhasan tentang cara mengidentifikasi (calon)  suami, apakah memiliki potensi mendua / selingkuh , atau tidak :
Pemeriksaan kromosom, cek gen vasopressin
20.47 - 21 Agt 2017
Meskipun  jenis gen tidak bisa dilihat secara kasat mata, namun tetap ada cara untuk menangkap adanya potensi berpoligami. Ketika ada pertanyaan, tidak bisakah kecenderungan poligami ini diteropong dari bibit bebet dan bobot?  Berikut cuitan dari @ Rudatin7 yang diretwit / disetujui oleh Dokter Ryu Hasan :
Dari neropong bibit sepertinya bisa. Anak dari keluarga yg punya sejarah poligami, umumnya punya kecenderungan yg sama meski dia perempuan.
19.39 - 21 Agt 2017
Dijelaskan, gen monogami mempengaruhi cara pandang manusia terhadap pernikahan / komitmen terhadap satu ikatan, kesetiaan, pola interaksi sosial dan kadar empati.
Pada orang2 psikopat gen monogami ini sangat pendek, jadi gen ini juga berkorelasi dg bakat kemampuan otak individu untuk berempati.
21.31 - 21 Agt 2017
Dari sisi medis, sepertinya ketika pria berpoligami, itu bukanlah keputusan ujug-ujug. Yang hanya didorong adanya kesempatan, kemampuan (mapan secara finansial) dan  alasan lain. Faktor genetika, memungkinkan potensi poligami sudah ada sejak lahir. Kemapanan dan kesempatan hanya  menjadi faktor pemicu dan pilihan waktu eksekusi saja.