Mohon tunggu...
Nidya Salmina
Nidya Salmina Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pangeran Antasari

17 Agustus 2017   21:46 Diperbarui: 17 Agustus 2017   22:16 3166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

            Kalau ditanya siapa yang mengisnpirasi saya, maka jawabnya adalah seorang pahlawan nasional dari Kalimantan Selatan yaitu Pangeran Antasari. Pangeran Antasari selain dikenal sebagai pejuang kemerdekaan yang sangat gigih melawan Belanda, beliau juga rendah hati dan merakyat sehingga sangat paham akan penderitaan rakyat di bawah jajahan Belanda. Sifat beliau tersebut menginspirasi saya untuk terus berusaha memajukan ekonomi Indonesia namun tetap rendah hati dan mau menolong siapapun.

            Sebagai seorang Pangeran, beliau merasa prihatin menyaksikan kesultanan Banjar yang ricuh karena campur tangan Belanda pada kesultanan semakin besar. Gerakan-gerakan rakyat pun timbul di pedalaman Banjar. Dari sikap beliau tersebut, bisa kita ambil hikmah bahwa sudah seharusnya kita lebih peduli pada keadaan sosial sekitar meskipun kita mempunyai jabatan yang tinggi. Ketika kita sudah mendapat jabatan, maka kita harus berusaha untuk terus menjaga amanah dari jabatan tersebut. Kita harus berusaha untuk menjaga kepercayaan rakyat yang mengharapkan perubahan dari kita, khusunya dari seorang mahasiswa dan generasi muda.

Seperti ketika Pangeran Antasari diutus menyelidiki gerakan-gerakan rakyat yang sedang bergolak. Beliau dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak dan Adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun atas, Kapuas dan Kahayan yaitu Tumenggung Suropati/ Tumenggung Yang Pati Jaya Raja. Namun, beliau tidak menganggap enteng/terlena dengan jabatan tersebut. Karena sekecil apapun jabatan kita, akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat nanti.

Pangeran Antasari merupakan pribadi yang taat kepada Allah SWT., Tuhan Yang Maha Esa. Pangeran Antasari, sebagai salah satu pemimpin rakyat yang penuh dedikasi maupun sebagai sepupu dari pewaris Kesultanan Banjar, mengokohkan kedudukannya sebagai pemimpin perjuangan umat Islam tertinggi di Banjar bagian Utara (Muara Teweh dan sekitarnya). Maka pada tanggal 14 Maret 1862, bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278 Hijriah, dimulai dengan seruan :

Mati untuk Allah dan hidup untuk Allah

Seluruh rakyat, pejuang-pejuang, para alim ulama dan bangsawan-bangsawan Banjar; dengan suara bulat mengangkat Pangeran Antasari menjadi Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin, yaitu pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi.

Hal tersebut tentunya menjadi inspirasi bagi kita semua agar meskipun telah sukses dan disenangi masyarakat, kita tidak boleh lupa kepada Allah SWT. Karena semua bisa terjadi atas izinnya. Allah SWT adalah tujuan hidup kita dan kepadaNya lah kita kembali. Kutipan perkataan beliau di atas membuat saya kagum karena di era globalisasi ini, jarang ada pemimpin yang mengedepankan agama dan tidak hanya menjadi figur politik. Hal itu patut menjadi contoh bagi kita semua khususnya calon-calon pemimpin masa depan.

Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, Pangeran Antasari kemudian wafat di tengah-tengah pasukannya tanpa pernah menyerah, tertangkap, apalagi tertipu oleh bujuk rayu Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung Bayan Begok, Sampirang dalam usia lebih kurang 75 tahun. Menjelang wafatnya, beliau terkena sakit paru-paru dan cacar yang dideritanya setelah terjadinya pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung, Tundakan.

Tidak ada alasan lagi bagi Pangeran Antasari untuk berhenti berjuang, beliau harus menerima kedudukan yang dipercayakan oleh Pangeran Hidayatullah kepadanya dan bertekad melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab sepenuhnya kepada Allah dan rakyat.

Kisah Pangeran Antasari tersebut sudah sepatutnya dijadikan inspirasi bagi kita semua, khususnya generasi muda. Banyak generasi muda era milenial seperti sekarang yang hanya menggemari artis-artis hollywood, penyanyi-penyanyi barat, dan publik figur yang belum tentu bisa menjadi role model yang baik. Khususnya untuk perkembangan dan masa depan Indonesia.

Meskipun seorang Pangeran, Pangeran Antasari tidak berleha-leha, sombong, atau tidak peduli pada keadaan rakyatnya. Hikmah kisah tersebut, sebagai generasi muda penerus bangsa, kita sepatutnya merasa malu bila di zaman kemerdekaan seperti sekarang masih tidak melakukan hal-hal yang berguna untuk memajukan Indonesia. Kita masih berleha-leha dan acuh tak acuh pada kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan politik Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun