Mohon tunggu...
BaksoLahar Nasrulloh
BaksoLahar Nasrulloh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Owner Bakso Lahar, Channel Youtube Dengerin Hati

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Memeriksa Cita-cita

6 Oktober 2018   00:35 Diperbarui: 6 Oktober 2018   01:01 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Negeri yang kehilangan prioritas. Sibuk dengan banyak hal yang tidak berkualitas. Fokus pada hal yang tidak esensial. Menikmati permainan. Semua memenuhi ruang-ruang berita di negeri ini. Wajar bila kita selalu tidak bisa membuat lompatan besar dalam membangun bangsa.

Muhammad Al Fatih, membuat lompatan sejarah karena mimpinya menaklukan Konstatinopel yang diberitakan oleh Rasulullah saw. Para Sahabat dan Tabi'in membuat lompatan karena mimpinya menaklukan Romawi dan Persia. Semuanya membuat lompatan karena visi besarnya membangun peradaban rahmatan bagi semesta. Itu yang menciptakan lompatan sejarah.

Apa yang menyesakkan dada? Apa yang membuat kita resah? Itulah titik fokus kehidupan kita. Mimpi yang besar, membuat seluruh masalah menjadi kecil. Mimpi yang kecil, membuat masalah selalu menjadi besar. Membesarkan cita-cita akan menghantam  dan menatikan semua keresahan dan kesulitan dengan sendirinya.

Mengapa orientasi hidup hanya Allah? Agar tak ada satu pun peristiwa dunia yang bisa menyusahkan hidup kita. Agar tak ada satu pun kejadian yang bisa meresahkan jiwa kita. Agar tak ada satu pun yang bisa menghambat laju hidup kita. Itulah pentingnya mimpi dan orientasi.

Mengapa para pahlawan mampu bertahan beban perjuangan yang berat? Bukan fisiknya yang kuat. Bukan tubuhnya yang kekar. Tetapi cita-citanya yang bisa melupakan dan menghancurkan seluruh sakitnya penderitaan dan kesulitan. Cita-cita menjadi penghibur dan pengobat segala perintang jalan.

Andai jiwa terlalu mudah bersedih. Andai jiwa terlalu mudah terpukul dengan keadaan, segera periksalah cita-cita dan orientasi hidup. Keduanya pasti terlalu rendah derajatnya. Keduanya terlalu hina untuk dijadikan target. Keduanya tak pantas untuk diprioritaskan.

Andai capaian hidup biasa saja. Segeralah memeriksa cita-citanya. Seberapa tinggi capaian hidup, tergantung dari tingginya cita-citanya. Capaian berbanding lurus dengan cita-cita.

Tanpa cita-cita, takkan ada kesibukan yang memberikan nilai kehidupan. Tanpa cita-cita, takkan bisa menciptakan energi kemauan. Tanpa cita-cita, hidup hanya tongkrongan obrolan semata.

Negrei ini, negeri tanpa cita-cita. Senang dengan obrolan di tongkrongan media sosial semata. Menyibukkan hal yang kecil. Mengabaikan hal esensial. Hanya mencari kepopuleran dari segala hal yang tidak berarti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun