Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Mengapa sih Pejabat Kita Selalu Mau yang Biasa Saja?

11 November 2019   11:33 Diperbarui: 12 November 2019   10:27 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: pinterest.com/xnspy

Hasil dari cara kepemimpinannya tersebut, KAI yang tadinya merugi, menjadi mendapatkan keuntungan. Apa hubungannya cara kepemimpinan dan keuntungan yang diperoleh KAI?

Ternyata hal tersebut berbanding lurus, dengan Pak Jonan memperhatikan karyawannya, beliau berinisiatif untuk memberi kenaikan gaji bagi para karyawannya, agar mereka lebih bersemangat lagi dalam bekerja dan tidak mencari usaha sampingan yang membuat sistem kerja di KAI terbengkalai. 

Dengan begitu pekerjaan yang dilakukan oleh para karyawan di KAI lebih efisien. Selain itu Pak Jonan juga berhasil menetapkan mindset kalau kepuasan pelanggan harus diutamakan.

Walau masih banyak kekurangan, tapi saya rasa itu sudah peningkatan bagus, daripada melakukan hal yang biasa-biasa saja dengan sensasi mark up anggaran, mau pilih mana coba?

Kemudian ketika beliau menjadi menteri ESDM, ada lagi prestasi yang beliau investasikan untuk Indonesia, harga BBM menjadi satu harga, dan Indonesia memperoleh 51% saham Freeport. 

Walau banyak yang protes mengenai hal ini, karena saham Freeport hanya dimiliki 51%, akan tetapi mungkin kalau kita terjun sendiri ke area itu, entah kita bisa berhasil atau tidak mendapatkan seluruh saham Freeport, mengingat banyak juga pejabat yang "bermain" mendapatkan jatah dari Freeport. Biasa kan itu main-main uang negara dan rakyat. Hehe.

Ketiga, Pak BTP. Dibalik semua sikap marah-marahnya atau kesalahan yang pernah dilakukannya, tapi perlu diakui bagaimana beliau membuat Jakarta menjadi bersih dan lumayan teratur. 

Yang paling saya rasakan adalah di wilayah Tanah Abang, karena kebetulan saya bekerja disana. Kali-kali di Tanah Abang, saya sendiri sampai kagum pada pekerja dan hasil kerjanya. 

Pagi-pagi kalau saya lewat, kalinya pasti bersih, dan ada banyak pasukan orange yang bekerja bahu-membahu membersihkan sampah di kali. 

Kemudian dulu memang banyak pedagang kaki lima di sekitar Tanah Abang yang marah, karena mereka ditempatkan pada satu tempat untuk berjualan. 

Omset katanya berkurang, tapi setidaknya uang dan penjualan mereka tidak habis dipalak preman. Dan pembeli pun masih ada, karena masih banyak orang yang mau bertandang ke Tanah Abang karena tidak terlalu macet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun