Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pulang ke Indonesia, TKI Bukan Hanya Menjadi Pahlawan Devisa Lagi

10 November 2019   15:37 Diperbarui: 11 November 2019   00:59 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Detiknews.com

Dalam wawancaranya di CNN, Heni mengatakan bahwa beliau tidak takut kuliah di Hongkong, yang bisa dikatakan lingkungannya sangat asing baginya. Bahasa asing bisa dipelajari asal kita mau belajar, dan orang-orang asing pun juga akan mau bergaul dengan kita, asalkan kita mau membuka diri. 

Hal yang paling membuat beliau takut adalah kembali ke kampungnya, dan sama sekali tidak bisa merubah nasib menjadi lebih baik, karena terbentur dengan pola pikir masyarakat yang masih sederhana dan keadaan ekonomi di kampungnya yang sepertinya cukup sulit untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Seperti perempuan berusia dini sudah harus menikah, kemudian bisa ada makanan sehari-hari saja sudah bersyukur.

Saya jadi berpikir, berarti dulu hidup saya masih kurang susah, karena menemui kesulitan sedikit saja tentang tugas ataupun ujian sekolah, saya sudah langsung mencak-mencak, bukannya bersyukur saya masih bisa sekolah, dan ada keluarga yang sangat mendukung pendidikan tinggi.

Gelar sarjananya Heni tidak diperuntukkan untuk dirinya sendiri dalam mencari nafkah. Pulang ke Indonesia, beliau dan suaminya malah mendirikan Gerakan Anak Petani Cerdas dan AgroEdu Jampang. Beliau berdua benar-benar mendedikasikan diri untuk memberi kesempatan anak-anak petani miskin agar bisa mengenyam pendidikan dan agar kelak bisa memperbaiki nasibnya menjadi lebih baik, dari pengetahuan dan wawasan yang ditimbanya selama bersekolah.

Heni dan suaminya tidak sendirian, ada mahasiswa tingkat akhir dan teman-teman Heni lainnya yang juga pernah berprofesi menjadi TKI yang membantu gerakan mencerdaskan anak petani ini. 

Teman-teman Heni yang pernah berprofesi sebagai TKI memberikan pendidikan bahasa asing pada para anak petani, misal ada yang pernah bekerja di Arab, kemudian mengajarkan anak-anak didik mereka bahasa Arab, apabila ada yang pernah bekerja di Taiwan, maka mengajarkan anak-anak bahasa Mandari, dan seterusnya.


Tahun 2016 lalu, nama Heni sudah masuk daftar Forbes yang bertajuk 30 Under 30 Asia kategori social enterpreneur. Saat itu anak didiknya sudah berjumlah sekitar 2000an. Tahun 2019, anak didik Heni dan teman-temannya sudah berjumlah 7.000 orang, yang tersebar di Jampang, sekitar Bogor dan Lombok. 

Ada keinginan Heni untuk memperluas gerakan ini ke seluruh pelosok Indonesia, namun sekarang ini masih tersendat dengan tenaga pendidik untuk anak-anak. Namun tidak menutup kemungkinan jumlah tenaga pendidik untuk anak-anak yang miskin dan sangat bersemangat belajar ini, akan bertambah jumlahnya, sehingga pendidikan di Indonesia bisa merata, sambil menunggu peran pemerintah dalam memeratakan pendidikan di Indonesia.

Pahlawan di Indonesia tidak lagi semata yang berperang sampai meneteskan titik darah penghabisan saja, kini pahlawan di Indonesia sudah hadir dalam berbagai bidang profesi. Menurut saya, Heni adalah salah satu pahlawan generasi milenial di Indonesia karena memiliki keinginan untuk memberantas kemiskinan dan kebodohan melalui Gerakan Anak Petani Cerdas dan AgroEdu Jampang. 

Jadi TKI sekarang tidak hanya bisa menjadi pahlawan devisa, tetapi sudah menjadi pahlawan pendidikan tanpa tanda jasa. 

Selamat hari Pahlawan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun