Mohon tunggu...
Gus Candra Kunjorowesi
Gus Candra Kunjorowesi Mohon Tunggu... -

"Pondok Pesantren adalah Syurga Duniaku" yang Artinya adalah "Selama Aku Masih Hidup Akan Selalu Mencari Ilmu dan Diamalkan".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kompetisi Bukan untuk Taruhan/ Judi, Tapi Sarana dalam Mengembangkan Minat dan Bakat

23 Juni 2017   20:05 Diperbarui: 23 Juni 2017   20:29 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Muhammad Wahyu Candra

Kompetisi

Sejatinya, kompetisi adalah ajang untuk mengembangkan potensi, bukan sekedar ajang pencarian pemenang. Tapi, mungkin ada beberapa diantara kita yang justru ikut lomba karena terobsesi untuk menjadi juara. Parahnya lagi, kita selalu melukis impian bahwa pastilah kita yang terbaik. Terlalu percaya diri kah? Mungkin.

Sah-sah saja kita berangan-angan, namun alangkah baiknya jika kita tidak terlalu berlebihan. Segala hal yang kita lalukan, akan menjadi efektif jika sesuai dengan porsinya. Tentu kita sadar dengan potensi diri masing-masing, namun kriteria yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut orang lain.

Mungkin kita pernah mengabaikan nasehat ataupun pendapat dari orang lain, dengan alasan mereka belum tentu bisa melakulan sesuatu yang sedang kita lakukan. Kembali pada hukum hidup bermasyarakat, bahwa apa yang kita lakukan, pastilah orang lain yang akan menilainya. Jelas, kita tidak bisa menilai kekurangan maupun kelebihan diri kita sendiri. Pasti selalu ada simbiosis, hubungan timbal balik sesama makhluk.

Ketika orang lain melihat kelebihan kita, sudah sewajarnya mereka memuji. Kita pun menyambutnya dengan ucapan terima kasih dan di iringi syukur kepada Sang Pencipta. Lalu, ketika orang lain melihat kekurangan dalam diri kita, timbullah kritik yang kita tuai dari mereka. Lantas apa yang kita lakukan? Mengumpat dalam hati, menangis, dan mengeluh kepada Tuhan? Tidak, jelas hal tersebut tidak boleh!

Ketika kita mengikuti sebuah ajang perlombaan, selalu ada 2 konsekuensi yang harus kita hadapi. Menang atau kalah. Jika kita mendapat anugerah sebagai pemenang, hendaknya janganlah terlalu berbangga diri dan menganggap yang lain lebih buruk dari kita. Sebaliknya, jika kita menjadi si kalah, maka tak perlu putus asa dan marah-marah. Ambil saja hikmahnya, bahwa kita masih harus banyak belajar dan berlatih lagi.

Selain itu dalam berkompetisi, hal yang sangat penting apabila mengikuti kompetisi yakni untuk menguji mental. Bagaimana persiapan mental saat menghadapi lomba, bagaimana persiapan mental saat lomba, dan bagaimana persiapan mental saat menerima hasil lomba. Hal itulah yang akan meningkatkan kualitas diri di kemudian hari. Dengan demikian hal itu merupakan pengalaman yang dapat memberi warna dalam sejarah kehidupan, dan itu bisa diyakini akan sangat berarti dan tidak akan bisa dibeli dengan apapun moment seperti itu.

Kompetisi Bukan Untuk Judi

Sebuah kompetisi memang sangat ganas apabila seseorang tidak bisa mem-filter-nya, apalagi kompetisi yang berbasis islami. Seseorang/organisasi harus benar-benar memahami hakikat Kompetisi, antara pengembangan Bakat dan Taruhan/ Judi. Hal tersebut banyak orang-orang yang belum mengerti arti sebuah kompetisi supaya hasilnya tidak berujung judi.

Bila diperhatikan dengan seksama, transaksi perjudian adalah pada adanya dua belah pihak atau lebih yang masing-masing menyetorkan uang dan dikumpulkan sebagai hadiah. Lalu mereka mengadakan permainan tertentu, baik dengan kartu, adu ketangkasan atau media lainnya. Siapa yang menang, dia berhak atas hadiah yang dananya dikumpulkan dari kontribusi para pesertanya. Itulah hakikat sebuah perjudian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun