Popularitasnya tak mungkin bertahan sementara pada sisi yang lain, nama-nama potensial lainnya akan dijual habis-habisan, terutama melalui posisi dan jabatannya masing-masing.
Kita tahu, di Gerindra, Sandiaga memiliki grade yang tinggi, meski tentu saja masih di bawah Prabowo. Sebagai mantan Cawapres, citranya terangkat dan karena itulah grade-nya relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan kader Gerindra yang lain, bahkan seperti Fadli Zon, Muzani, dan Sufmi Dasco.
Bukan hanya soal popularitasnya saja, tapi penerimaan masyarakat terhadapnya relatif lebih mudah.
Kalau berniat untuk bertarung lagi, kembalinya Sandiaga ke Partai Gerindra merupakan solusi yang sangat tepat. Setidaknya untuk mempertahankan grade politiknya secara nasional. Ia akan tetap memiliki power dan piranti politik, pamor dan popularitas yang tetap terjaga.
Upaya itulah yang bisa mempertahankan nilai tawar dan nilai jual politiknya. Sekalah-kalahnya Sandi, ia pernah menyandang Cawapres, sebuah "kemewahan" yang tak dimiliki banyak orang.
Upaya mempertahankan grade Sandi akan semakin mudah ketika secara kepartaian, ia memiliki peran dan kerja politik yang signifikan. Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, Sandi akan fokus di gerakan politik, menjadi mentor anak muda di politik, termasuk menjadi coach kader-kader Gerindra di 270 Pilkada pada 2020 nanti.
Peran tersebut akan sangat bagus, setidaknya jika diukur dari segi pemberitaan yang tidak akan sepi-sepi amat.
Di Gerindra, tentu saja ada Prabowo. Semua bergantung Prabowo. Kalau ternyata ia masih ingin maju kembali dan bertarung pada kontestasi Pilpres 2024, peluang Sandi hampir pasti tertutup, kecuali skemanya seperti kemarin lagi. Mundur lalu dijadikan Cawapres.
Namun jika ini terjadi, meski sepertinya tak akan mungkin, betapa tak asiknya gaya politik Gerindra. Kalau ternyata Prabowo lebih memilih menjadi king maker sebagaimana Megawati, maka Sandi adalah sosok yang paling berpotensi. Sangat berpotensi.
Salam,
Mustafa Afif,
Kuli Besi Tua