Mohon tunggu...
Musri Nauli
Musri Nauli Mohon Tunggu... Administrasi - Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Saya mencatat peristiwa disekitar saya yang sering diperlakukan tidak adil. Dari kegelisahan saya, saya bisa bersuara. Saya yakin, apa yang bisa saya sampaikan, akan bermakna suatu hari nanti.\r\nLihat kegelisahan saya www.musri-nauli.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Petarung

24 Januari 2019   07:43 Diperbarui: 24 Januari 2019   08:24 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak mungkin mengalahkan musuh dengna satu jurus yang sama - (Pepatah Tiongkok)

Gegap gempita Politik Indonesia tidak dapat dilepaskan dari Basuki Tjahaja Purnama (BTP). Polemik, kontroversial, gaduh bahkan hingga memaksa adrenalin public terpacu. Kisah, perjalanan, setiap perkataan hingga nasib yang berujung ke "proses hukum" bahkan dipenjara.

Setiap perkataannya ditunggu public di televise setiap pagi. Disediakannya "tempat pengaduan", system keuangan yang langsung dimonitor pubik, akses pengaduan melalui aplkasi terkini adalah prestasi-prestasi yang ditorehkan. Membuat warga Jakarta nyaman dan senyum-senyum menikmatinya. Sembari mengontrol kelakuan pejabat, kenikmatan sebagai warga kota metropolitan membuat warga kota lain iri melihatnya.

Semuanya kemudian punah. Hilang bersamaan dengan angin.

Hampir semua lembaga negara dihadapinya. Entah dengan issu reklamasi berhadapan dengan berbagai instansi, tuduhan korupsi berhadapan dengan BPK, laporan entah berapa banyak. Namun akhirnya kemudian "terpelesent". Jatuh dalam proses tuduhan hukum. Menjadi penista agama. Itu kata hukum. Proses hukum yang harus dijalani.

Diapun tegak memasuki penjara.

Namun walaupun dipenjara, hampir setiap hari, namanya tetap dituduhkan dengan berbagai issu. Entah dituduh "agen asing", "susupan", atau issu-isu lain yang kemudian membuat dahi berkerut. Apakah begitu ditakuti sehingga walaupun "badannya" dipenjara, namun masih dikait-kaitkan?

Sekarang dia "menjadi kuat". Setelah "mematangkan ilmu kanuragan, mengolah jiwa, menentramkan batin, dia kemudian dia keluar dari kawah candradimuka. Dengan kekuatan penuh untuk kembali bertarung.

Membicarakan BTP adalah keunikan. DItengah semakin kuatnya arus kekuatan konservatif, fundamental yang semakin condong kekanan, issu identitas yang semakin sempit, BTP mewakili tipologi minoritas. Tiongkok dan Nasrani. Sebuah labeling yang menyesakkan dada.

Tidak cukup dihadapi dengan "proses hukum". Berbagai hujatan kemudian mengajarkan banyak pelajaran penting.

"saya tidak memilih saya menjadi apa "". Sebuah kodrati insani yang hakiki dalam dunia pemikiran. Bukankah "manusia diciptakan" sang pencipta sebagai hak yang universal ? Menikmati semua hak sebagai manusia ? Bukankah itu esensi manusia sebagaimana telah dicanangkan dalam berbagai sikap PBB ?. Pondasi penting dari HAM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun