Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama FEATURED

Nyepi di Lombok Hadirkan Ritual Budaya dan Tradisi

19 Maret 2018   13:42 Diperbarui: 7 Maret 2019   11:49 6017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gelang Tridatu, terpakai di semua peserta Pawai Ogoh Ogoh. Tua-muda, kecil-besar, lelaki dan perempuan. Dokpri

Bagi saya, tak masalah. Bahkan menjadi tambahan pengetahuan baru bagi rombongan tamu saya, bahwa di pulau seribu masjid, perayaan adat dan hari besar agama lain sama meriahnya. Pun berlaku tertib dan melibatkan sebagian besar masyarakat yang berada di pusat perayaan tersebut. Entah sekadar sebagai penonton, atau sedikit empati, benar-benar tidak melintas di setiap perkampungan atau kompleks hunian umat Hindu yang masih sedang merayakan Nyepi.

Kembali ke pawai Ogoh-ogoh, ba'da Jumat tiga hari lalu, dari sekitar 80-an lebih Ogoh-ogoh (patung raksasa) yang meramaikan pawai, saya hanya berhasil membidik tak sampai setengahnya. Padatnya peserta pawai, penontong dan pemburu foto seperti saya, menahan dan membuat saya sama sekali tak bisa saksikan Ogoh-ogoh di arak dan perform.

Iyap, Hari Raya Nyepi, sebagian dari ragam Budaya Ritual dan Tradisi di Lombok. Dokpri
Iyap, Hari Raya Nyepi, sebagian dari ragam Budaya Ritual dan Tradisi di Lombok. Dokpri
Jalan Anggada, ditutup oleh salah satu Ogoh Ogoh, di pagi Sabtu 18 Maret. Dokpri
Jalan Anggada, ditutup oleh salah satu Ogoh Ogoh, di pagi Sabtu 18 Maret. Dokpri
Salah satu ruas utama di kompleks Cakranegara yang padat. Para Pecalang sepertinya sudah beristirahat. Sabtu pagi, 18 Maret. Dokpri
Salah satu ruas utama di kompleks Cakranegara yang padat. Para Pecalang sepertinya sudah beristirahat. Sabtu pagi, 18 Maret. Dokpri
Di salah satu ruas jalan utama Terminal Bertais, Mataram Lombok, satu Ogoh Ogoh diletakkan di pinggir jalan. Sabtu pagi, 18 Maret. Dokpri
Di salah satu ruas jalan utama Terminal Bertais, Mataram Lombok, satu Ogoh Ogoh diletakkan di pinggir jalan. Sabtu pagi, 18 Maret. Dokpri
Saat 'parkir' saja sudah berjarak sekitar hampir setengah kilometer. Mulai dari bundaran air mancur di daerah Karang Jangkong, melintasi kompleks Mataram Mall, sampai di ujung timur Rumah Sakit Risa. Ogoh-ogoh kabarnya akan diarak sampai ruas jalan di samping kompleks Pura Mayura. Persis satu blok dari pusat perdagangan Cakranegara Lombok, atau melewati sekitar lima belas gang penghubung ke sisi selatan Cakranegara, juga kawasan-kawasan di sekitar kompleks niaga ini. Sangat lekat dan kental dengan keseharian warga Hindu Bali (atau Balok, keluarga Bali Lombok), pun juga kompleks pertokoan keturunan Tionghoa serta beberapa sekolah swasta Kristen.

Satu area yang tunjukkan keberagaman umat dan agama di Lombok, selain kota tua Ampenan. Wajah masa kini, pun sekaligus juga jejak sejarah masa lalu. Eksisnya warga asli Sasak Lombok beragama muslim, dengan para pendatang dari negeri tirai bambu, pun sejarah sempat dikuasainya Lombok oleh kerajaan Karangasem Bali.

Pengetahuan dan pengalaman langsung, jika saya inginkan mengulangnya di tahun depan, terutama momen Perang Api (Bobok) di sesaat setelah arak-arakan Ogoh-ogoh, tak mesti bisa saya dapatkan berbarengan dengan perayaan Saraswati.

*Meninting 19 Maret

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun