Mohon tunggu...
Mulyana
Mulyana Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fenomena di Balik Meningkatnya Semangat Ke-Islaman Kaum Muda

26 Desember 2018   22:55 Diperbarui: 30 Desember 2018   01:08 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya lebih melihat bahwa orang yang sikap beragamanya arogan seperti penggambaran di atas, itu karena mereka kurang literasi, berpikiran sempit dan eksklusif. Jikapun banyak membaca, mereka hanya membaca teks-teks Islam klasik yang menjadi buku wajib dari guru-guru mereka di pesantren. Sementara buku yang lebih umum jarang mereka baca.

Kecuali pada pesantren-pesantren modern yang memang di samping keharusan membaca teks klasik mereka juga mewajibkan para santinya untuk membaca lebih banyak lagi buku umum.

Orang yang pemahaman agamanya tidak diikuti dengan literasi yang cukup lebih mudah terseret pada sikap primordial. Itu berlaku baik yang berlatar belakang pesantren atau pun bukan.Termasuk para da'i yang kurang literasi juga berpotensi mengalami hal yang sama. Sehingga materi ceramahnya pun karakternya tidak akan jauh dari itu.

Ceramah yang bersifat primordial  akan berpengaruh pada ribuan pengikutnya. Dan ini akan membentuk sikap yang lama kelamaan mengkristal pada para pengikutnya

Menjamurnya ujaran-ujaran kebencian di media sosial menjadi bukti akan hal itu. Pun isyu SARA yang berhembus pada saat kampanye pilpres juga menjadi bukti. Dan hal ini semakin mempertajam sekat primordialisme yang selama ini terpupuk.

Menjadi pemeluk suatu agama tidak cukup dengan sikap ketaatan saja. Jika hanya itu yang menjadi acuan, teroris pun meledakkan dirinya dengan bom bunuh dirinya didasari dengan keyakinan dan ketaatan. Para anggota ISIS pun membunuhi orang dengan sadis dengan dasar ketaatan dan keyakinan.

Begitu pun dengan ujaran kebencian di media sosial, demo-demo bela agama, menganggap kelompoknya paling benar, serta menghakimi orang dengan semena-mena adalah juga didasari ketaatan dan keyakinan. 

Kita dihadapkan pada fenomena sikap beragama yang jauh dari kesejukan dan kedamaian. Itu karena adanya pemahaman agama yang minim literasi. Pemahaman agama yang hanya menelan begitu saja ceramah-ceramah para da'i yang juga minim literasi.

"Hijrah" yang sebagian besar kaum muda termasuk para selibritis lakukan seperti yang kita saksikan saat ini hanya melahirkan kesadaran eksklusif. Kita berhijab, bergamis maka kita adalah muslim ta'at. Kita rajin mengikuti ceramah dan seminar ke-Islaman, maka kita adalah muslim ta'at.

Sementara mereka yang tidak berhijab, tidak bergamis, tidak mengikuti seminar ke-Islaman adalah bukan muslim yang ta'at. Kurang lebih itulah pemikiran eksklusif ke-Islaman yang tumbuh di kalangan mereka. 

Mereka membandingkan ke-Islaman mereka dengan orang lain dengan parameter yang sempit. Parameter yang hanya berdasarkan atribut yang mereka pakai dan kultur agamis yang selama ini mereka jalankan. Padahal di luar sana ada banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi yang membutuhkan kontribusi tenaga dan pemikiran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun