Mohon tunggu...
Mulyana
Mulyana Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fenomena di Balik Meningkatnya Semangat Ke-Islaman Kaum Muda

26 Desember 2018   22:55 Diperbarui: 30 Desember 2018   01:08 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun di samping fenomena yang hanya berkaitan dengan perilaku dan komunitas tersebut, muncul pula fenomena lain. Fenomena yang ditandai dengan semakin kuatnya sikap primordialisme, sikap yang lebih menonjolkan identitas kelompok.

Lontaran-lontaran tentang berbagai isyu kerap kali kita dengar terutama di media sosial. Yang tak jarang pula diiringi dengan ujaran kebencian. Ada yang mempermasalahkan ucapan selamat natal misalnya, pengharaman perayaan tahun baru, demo-demo tentang konflik semacam Uighur, hingga kata-kata kasar berbau SARA kepada tokoh-tokoh pemimpin termasuk pada presiden.

Ada juga sikap yang seolah-olah pro terhadap kelompok teroris seperti ISIS. Atau ramai-ramai menghujat Bashar Assad sebagai pembantai jutaan muslim di Suriah, padahal itu masalah dalam negeri mereka sendiri sementara mereka, para penghujat,  belum tentu tahu persis bagaimana kejadian sebenarnya.

Pun saat ada peristiwa terorisme di negeri ini, ada beberapa kalangan yang seolah-olah bungkam tidak ikut mengecam.

Bahkan ada semacam tuduhan bahwa mereka yang mengecam para teroris adalah juga sedang menyudutkan Islam.

Tiap-tiap pemeluk agama memang harus yakin dengan kebenaran agamanya. Menyerahkan segala hidupnya untuk pengabdian sesuai dengan keyakinannya. Itu sih wajar-wajar saja. Akan tetapi lain halnya jika sudah ada sikap menganggap mereka paling benar dan yang lain salah. Tentu sikap ini bertentangan dengan prinsip-prinsip keberagaman dan toleransi yang selama ini kita junjung.

Agama seharusnya menjadi fondasi bagi kuatnya ikatan kekitaan bangsa dan negara, kontributor terbesar bagi terbangunnya masyarakat sipil yang demokratis dan egaliter. Namun kenyataannya saat ini menjadi lain, ada beberapa pihak yang menjadikan agama justtru sebagai penguat sikap arogansi kelompok dan kebebasan untuk menghakimi kelompok lain.

Apakah fenomena tersebut juga ada hubungannya dengan maraknya para da'i yang latar belakang pendidikan agamanya dipertanyakan berbagai pihak. Kalau melihat postingan salah satu dari mereka sih, nyatanya demikian.

Kerap kali da'i tersebut menulis di media sosial yang berisi tentang hujatan kepada kelompok lain dengan nada provokatif, abai tehadap fenomena terorisme, juga sering menghujat pemerintah dengan jargon-jargon agama.

Tapi sebenarnya tuduhan semacam itu kurang tepat juga. Karena ada juga orang yang berlatar belakang pesantren tapi juga sering melontarkan ujaran kebencian dan arogan. Sebaliknya tidak semua yang tidak memiliki latar belakang pesantren berperilaku yang sama, ada juga koq di antara mereka yang ceramahnya aman-aman saja.

Kalau saya melihat, isyu tentang keabsahan seorang da'i itu muncul lebih dilatarbelakangi dua kelompok aliran agama yang sejak dulu berseteru. Sebut saja antara wahabi dan NU. Namun walaupun faktor itu juga ikut memberi andil, saya tidak akan membahasnya dalam konteks itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun