Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Melongok Suiseki Raksasa Penuh Telapak Kaki

10 April 2015   15:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:17 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_377805" align="aligncenter" width="576" caption="Suiseki raksasa, Atu Seleman di Desa Serule, Aceh Tengah"][/caption]

Kekayaan alam Indonesia bukan hanya batu akik, ternyata negeri ini juga kaya suiseki (batu air) dalam berbagai ukuran. Salah satunya adalah suiseki raksasa yang terdapat di Desa Serule, Kabupaten Aceh Tengah. Suiseki yang oleh warga Desa Serule diberinama Atu Seleman, tingginya sekitar 5 meter dan panjangnya mencapai 15 meter.

Suiseki raksasa berwarna hitam itu dipenuhi oleh relief alam berbentuk telapak kaki manusia dan hewan dengan berbagai ukuran. Selain Atu Selemen, sekitar 20 meter ke arah Timur terdapat suiseki raksasa lainnya yang diberinama Atu Perukumen.

Keunikan Atu Perukumen, diatasnya terdapat sebuah lempengan. Apabila lempengan itu diketuk dengan batu akan mengeluarkan bunyi, seperti bunyi gong. Ukuran Atu Perukumen lebih kecil dari Atu Seleman. Begitulah keunikan suiseki raksasa yang terdapat di Desa Serule, Aceh Tengah.

Untuk membuktikan keunikan suiseki raksasa itu, Kamis (9/4/2015), kami bersama arkeolog Ketut Wiradnyana mencoba mendatangi lokasi tersebut. Jalan menuju lokasi tersebut adalah jalan dengan permukaan tanah. Jarak Kota Takengon sekitar 46 Km yang membutuhkan waktu tempuh sekitar 1,5 jam.

Sekitar pukul 11.00 WIB, perjalanan “Melongok Suiseki Raksasa Penuh Telapak Kaki” dimulai. Kami menggunakan dua unit mobil warna hitam. Pelan-pelan mobil meninggalkan Kota Takengon,  merangkak tebing-tebing terjal di sisi Utara Danau Laut Tawar.

Ruas jalan ini sedang dalam proses perbaikan. Debu dari permukaan jalan berterbangan ke udara. Lubang-lubang menganga juga memenuhi permukaan jalan menuju ke arah Desa Serule itu. Kondisi inilah yang menyebabkan mobil tidak dapat dipacu dalam kecepatan tinggi.

Tepat pukul 12.30 WIB, kami tiba di persimpangan jalan menuju ke arah Desa Serule. Lima belas menit kemudian, kami tiba di persimpangan jalan menuju ke arah Layong. Kami berbelok ke arah Layong melewati jalan tanah berdebu. Suasananya sangat sepi, dikiri-kanan jalan hanya terlihat tegakan pohon pinus.

Tidak lama kemudian, mobil pertama yang ditumpangi Mukhlis Muhdan sebagai pemandu, berbelok ke arah kiri melewati jalan kecil, eks jalan PT KKA. Lima ratus meter menembus semak belukar, kami tiba di lokasi yang dituju. Pemandu masuk dalam semak belukar sambil memberi tanda agar kami mengikutinya.

Jarak suiseki raksasa itu hanya 50 meter dari tempat kami memarkir mobil. Disana, kami melihat 5 suiseki raksasa dengan beberapa pohon besar yang menaungi batu itu. Pemandu membawa kami ke arah utara, terlihatlah onggokan batu besar yang penuh lubang di permukaannya.

Lubang-lubang itu menyerupai bekas telapak kaki manusia, kuda dan jenis hewan lainnya. Malah beberapa lubang berisi batu berbentuk sandal jepit. Saya bertanya kepada arkeolog Ketut Wiradnyana, apakah lubang-lubang itu hasil kreasi manusia pra-sejarah?

Ketut tidak yakin, dia lebih percaya bahwa lubang-lubang itu lebih karena proses alamiah. Sebab, lubang-lubang itu tidak ada tanda dipahat atau dilubangi dengan benda keras. Terjadinya lubang-lubang itu semacam proses pembentukan sebuah batu suiseki, tegas Ketut.

Kemudian, untuk membuktikan Atu Perukumen bisa menghasilkan suara gong, kami meminta bantuan pemandu Mukhlis Muhdan menuju ke onggokan batu tersebut di arah Timur Atu Seleman. Mukhlis turun dari Atu Seleman dan bergegas menuju ke arah Atu Perukumen, sementara itu kami menyaksikan dari atas Atu Seleman.

Dari atas Atu Perukumen, Mukhlis memukul lempengan batu disana dengan batu seukuran kepalan tangan. Hasilnya memang luar biasa. Pukulan itu melahirkan bunyi yang cukup keras, mirip bunyi gong. Semakin kuat pukulannya, semakin keras pula bunyi yang dihasilkan.

Bagi pembaca yang ingin melongok suiseki raksasa di Desa Serule, dipersilahkan untuk berkunjung ke Aceh Tengah. Mukhlis Muhdan siap memandu pembaca menuju ke lokasi suiseki raksasa itu. Namun, untuk memenuhi rasa ingin tahu para pembaca, dapat dilihat VIDEO INI yang berhasil direkam oleh penulis. Selamat menikmati!

[caption id="attachment_377806" align="aligncenter" width="480" caption="Salah satu bentuk telapak kaki di dinding Atu Seleman"]

14286546121780765948
14286546121780765948
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun