Atau kalau studi banding ke Kuala Kencana dirasa kurang gengsi, atau kurang afdol, bolehlah pergi ke Al-Manamah, Ibu Kota Bahrain. Al-Manamah juga dikenal sebagai kota tanpa kabel di udaranya. Juga tanpa PKL di trotoarnya. Hanya barisan pohon kurma yang boleh tegak sepanjang sisi trotoar, menyajikan pemandangan hijau sepanjang jalan.
Misalkan tak ada waktu untuk pergi ke Al-Manamah, maka sudilah studi banding ke Bandung dan Semarang. Dua kota ini sedang membenahi perkabelannya, untuk menjadi kota tanpa kabel di udara. Tak ada salahnya belajar dari tetangga, bukan? Lagi pula, masa sih Jakarta kalah dari Bandung dan Semarang?
Kalau bicara tentang biutifikasi kota, untuk Jakarta, saya pikir, pemandangan keruwetan kabel-kabel itulah yang terutama harus dihilangkan. Bukannya sibuk menggambar dan mewarnai tembok dan pilar kota. Sebab Jakarta bukanlah ruang kreativitas TK.
Dengan begitu, saya berharap mimpiku tentang  Jakarta kota tanpa kabel ruwet di udaranya boleh jadi kenyataan. Ya, Jakarta, kota tanpa tiang listrik untuk ditabrak  mobil politisi tersangka korupsi.
Pertanyaannya, mampukah Gubernur Anies Baswedan mewujudkan mimpi saya? Mimpi warganya juga?
Itu pertanyaan dari saya, Felix Tani, petani mardijker, yang berharap Anies Baswedan bisa menjadi  "a distinguished Governor of Jakarta".***