Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Pasar Ramadhan, dan Filosofi Mancing

29 Maret 2024   05:54 Diperbarui: 29 Maret 2024   05:58 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inspirasi (sumber: pribadi, gramedia.com). 

Sebagaimana  diketahui bersama, Pasar Ramadhan adalah salah satu fenomena sosial ekonomi yang muncul di bulan suci Ramadhan. Kehadiran pasar Ramadhan ini, bukan hanya terjadi di tahun ini saja, dan bukan hanya di kampung kita saja. Di sejumlah daerah, bisa jadi di seluruh wilayah Indonesia atau wilayah yang ada masyarakat muslimnya, akan ditemukan gejala hadirnya Pasar Ramadhan.

Mungkin jadi belum banyak yang melakukan analisis terhadap fenomena ini. Wacana kita pun, tidaklah dimaksudkan untuk menganalisis hal serupa itu. Wacana ini lebih merupakan sebuah opini dalam memahami gejala sosial yang terjadi di lingkungan kita, saat ini.

Saat menuliskan masalah ini, saya jadi teringat  pada tulisan pribadi mengenai filosofi Mancing. Tulisan lama, sekitar tahun 2020-an. Lha, mengapa jadi ingat tema itu ?

Ya, itu. Masalahnya, adalah terkait dengan praktek ekonomi yang dilaksanakan oleh masyarakat kita saat ini, khususnya di bulan suci Ramadhan. Tidak dimaksudkan untuk mengulas tuntas isi buku itu, namun, kehadiran Pasar Ramadhan ini seakan mengonfirmasi sebagian catatan yang ada dalam tulisan tersebut.

Pertama, sejatinya, setiap manusia memiliki kemampuan dalam membaca peluang. Seperti halnya,  apa yang terjadi di Pasar Ramadhan. Kita tahu, Ramadhan adalah momentum ibadah umat Islam. Tetapi, disaat ada momentum ibadah itu, kita dapat melihat ada peluang ekonomi yang  bisa direspon sebagai sebuah peluang. Faktualnya, saat peluang itu dimanfaatkan, maka lahirlah yang disebut dengan Pasar Ramadhan.

Mungkin jadi, ada orang yang cepat dalam membaca peluang, dan ada pula yang lambat. Pembaca cepat akan menjadi leader dalam sebuah kegiatan, sedangkan peserta yang lambat akan menjadi pengikut atau follower dalam kegiatan tersebut. 

Di Pasar Ramadhan di sekitar rumah, pada hari kedua dan selanjutnya, pedagang di Pasar Ramadhan itu, kian bertambah banyak dan bervariasi, berbeda dengan hari-hari pertama, hanya ada satu atau dua orang dengan varian komoditas yang terbatas. Tetapi, kian mendekati idul fitri, komoditas yang dijualnya semakin beragam. 

Kedua, kemampuan membaca peluang itu, ternyata tidak hanya dimiliki oleh kita saja. Orang lain mampu melakukannya. Mirip saat mancing, baik di kolam pemancingan atau di lautan. Bukan hanya kita yang mampu membaca peluang, tetapi ada puluhan bahkan ratusan orang yang bisa membaca peluang itu. Karena itu, tidak usah jumawa, tetapi juga jangan minder.

Dalam konteks ini, fakta bahwa manusia hidup tidak sendirian, bukan hanya dalam pergaulan sosial. Saat kita menyukai sepakbola, disitu pun banyak orang yang hadir, bukan hanya teman tetapi juga lawannya. Saat kita belajar dengan giat, bukan hanya kita yang bersungguh hati belajar keras, tetapi puluhan dan bahkan ratusan orang pun, tengah melakukan hal yang sama. Saat  kita membuat opini di blog ini, bukan hanya diri kita, yang lain pun tengah mempersiapkan tulisannya untuk dipublish.

Realitas itu, sejatinya adalah fakta hdiup dan kehidupan. Sejatinya pula, jangan menyebabkan kita kecil hati dan mundur dari medan-perjuangan atau arena kehidupan, melainkan menjadi motivasi untuk meningkatkan kegairahan dalam berusaha dan bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun