Akankah kita takut dengan ideologi trans-nasional, sebagaimana yang sempat disematkan kepada kelompok HT oleh Pemerintah ? Bila kita mengatakan, "Ya", itu adalah sah. Demi menjaga keutuhan  dan kelanjutan NKRI, kita harus sepakat mengenai ideologi negara dan falsafah kebangsaan kita. Pancasila.
Tetapi, kemelekan kita dalam memahami situasi masa kini, pun, harus menjadi sebuah keniscayaan. Kita perlu melek. Kita perlu paham. Khususnya, dengan adanya pergeseran kekuasaan dalam kehidupan kita sekarang ini.
Di zaman dulu, hingga hari kemarin, bisa jadi, politik menjadi panglima dalam kehidupan kita. Negara atau pemerintah menjadi institusi formal dan kuat, untuk menjadi penyelenggaranya. Politik kekuasaan, yang dimainkan oleh negara, menjadi warna utama di zaman ini.,
Hanya saja, seiring perkembangan zaman. Kita malah melihat bahwa, 'lembaga yang kini' berkuasa itu, tidak (hanya) lagi negara. Dengan kekuatan ideologi kapitalis, lembaga yang kuat dan kokoh itu bukan negara, melainkan ekonomi. Dengan kata lain, ada pergeseran dari penguasa kepada pengusaha.
Dalam konteks itulah, perusahaan multinasional (transnasional), mewarnai kehidupan global, dan bahkan bisa 'mempengaruhi' kebijakan politik dan hukum pada sebuah negara. Hanya karena kepentingan ekonomi jugalah, seorang penguasa bisa menggadaikan negara, dan mengabaikan kepentingan rakyatnya sendiri. BUMN Â dijual, harga bahan pokok naik, pasar tidak terkendali, atau juga pajak dinaikkan, semua itu, bisa jadi bukan keinginan pemerintah, tetapi permainan pengusaha yang menjadi supir dilingkaran kekuasaan ?
Di sela-sela perayaan hari kemerdekaan ini, kita kerap merasa 'malu sendiri'. Secara formal, kita sudah merdeka. Namun, secara politik dan ekonomi, ada 'kekuasaan trans-nasional' yang membayangi kemerdekaan kita. Â Meminjam istilah Joel Bakan, Corporasi, dapat dilihat sebagai lembaga sosial, juga pribadi, yang memiliki kuasa, dan bahkan bisa mengendalikan kehidupan manusia. Hal yang menariknya, corporasi apalagi perusahaan multinasional (multinational coroporation), meminjam istilah Joel Bakan, memiliki karakter bahaya dan membahayakan. Kekuasaannya tidak terbatas, dan bisa mengeksploitasi rakyat dan lingkungan !
Bila demikian adanya, (1) kita tidak boleh hanya melihat ideologi yang potensial mengganti ideologi politik, tetapi juga (2) ideologi yang potensial mengubah ideologi ekonomi, dari kerakyatan ke kapitalisme !Â