Mohon tunggu...
Ardi Atma
Ardi Atma Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Putra Kelahiran Pangkal Pinang (numpang lahir doang) yang mulai kecil hingga menyelesaikan studi S1 di kota yogyakarta, sehingga sangat kental darah jawa dari pada darah sumatranya. Hidup di Jakarta selepas tamat dari S1 dan mulai mencari celah untuk bisa menaklukan kota Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ketidakadilan Prinsip Ekonomi

25 Juni 2012   08:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:33 1461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan pengorbanan sekecil-kecilnya, mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Prinsip ekonomi tersebut tentu tidak asing bagi kita karena guru ekonomi di sekolah juga mengajarkan prinsip “sesat” tersebut. Jika Anda masih ingat pelajaran ilmu ekonomi di bangku SMP, Anda pasti hafal prinsip ekonomi ini. Namun, prinsip ini hampir tidak mungkin jika diterapkan di dunia nyata. Namun, kapitalis memegang teguh prinsip ini untuk mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat dengan modal seadanya dan cara yang tidak terpuji.

Jika kita menyaksikan berita ekonomi di media massa, prinsip ini sudah tidak berlaku lagi karena harga-harga kebutuhan pokok maupun alat produksi terus naik. Pengusaha pun harus membayar lebih untuk menjaga keberlangsungan usahanya. Namun, mereka juga harus menekan harga untuk memenangkan persaingan pasar dan hati konsumen.

Ada sesuatu yang salah dengan prinsip “pengorbanan sekecil-kecilnya untuk keuntungan sebesar-besarnya”? Prinsip ini tidak berlaku lagi karena persaingan pasar yang sangat keras sehingga memaksa setiap pengusaha untuk mempertahankan kualitas produk dengan harga yang kompetitif. Jika Anda hanya mempunyai modal kecil untuk usaha, Anda sudah pasti tidak mampu membeli bahan produksi atau alat produksi yang bermutu tinggi. Hasilnya, produk yang Anda hasilkan tidak mungkin mempunyai mutu tinggi. Dengan teknik pemasaran seperti apapun, produk bermutu rendah tidak akan bisa menarik minat konsumen.

Sekali konsumen kapok membeli produk Anda, selesai sudah. Anda tidak akan pernah mendapatkan pesanan lagi. Hal ini juga berlaku bagi pengusaha yang berbisnis dalam perdagangan komoditi berjangka.  Seperti yang biasa kita saksikan di berita ekonomi, pengusaha sukses biasanya adalah orang yang mau bekerja keras dan berkorban untuk memenangkan persaingan pasar. Mereka mempertahankan mutu dan harga produk untuk mendapatkan konsumen sebanyak mungkin. Produk bermutu tinggi dan pemasaran yang bagus memang memerlukan pengorbanan lebih, tetapi hasil yang didapat juga cukup memuaskan.

Masihkah Anda percaya dengan prinsip “pengorbanan sekecil-kecilnya untuk keuntungan sebesar-besarnya”? Prinsip ini tidak sejalan dengan logika. Selain itu, bisnis apapun entah itu pertanian, peternakan, UKM, atau komoditi berjangka pasti memerlukan pengorbanan yang tidak kecil untuk meraih peluang pasar.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun