Mohon tunggu...
Yakobus Molo Dini
Yakobus Molo Dini Mohon Tunggu... Guru - Data Diri

Berjalan sambil Menuai

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memahami Panggilan Guru sebagai Sebuah Perutusan

6 April 2019   02:06 Diperbarui: 6 April 2019   02:13 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan mengganjal, "kunci manakah yang paling tepat guna membuka dunia keajaiban itu?"  Kembali pada "aku-aku" yang menyadari akan tugas perutusannya. Dalam diri seorang guru melekat tiga jabatan besar yaitu

1.  Guru sebagai Raja

Guru sebagai Raja berarti guru adalah contoh, teladan  bagai anak didik dan masyarakat dan menjadi cermin bagi orang lain. Baik bersikap, bertutur kata dan perilaku hidupnya. Bukan guru yang mabuk-mabukan, isap rokok dihadapan anak-anak, jalan pakai celana tarobek, main judi dan tukang selingkuh bahkan mengambil hak-hak orang kecil demi memperkaya diri.  Bahkan berbicara dengan anak selalu mengeluarkan kata-kata kotor yang tidak pantas terdengar oleh anak-anak.

2. Guru sebagai Nabi

Guru sebagai Nabi yang diutus ketengah umat manusia. Baik yang jahat maupun yang baik. Bahkan diutus ketengah-tengah  serigala pun ia mau. Sebab guru adalah pembimbing dan penuntun. Dimana guru dengan berbagai cara mampu membimbing dan mengarahkan, menuntun dengan menunjukan jalan terbaik yang harus dilalui. Bukan anak minta ikan diberikan ular dan anak minta nasi dikasih batu.

Berarti sebagai seorang guru harus mampu membentuk anak didik dari yang bodoh menjadi pintar dan yang pintar tetap pintar. Sebab anak-anak yang masih polos dan murni pasti akan mengikuti teladan. Jangan sampai anak-anak itu sebenarnya baik dan pintar tetapi salah menanamkan kepada anak maka anak menjadi brutal dan tidak patuh pada orang tua dan para guru.

3. Guru sebagai Rasul

Guru sebagai rasul berarti guru harus mampu mendidik dan mengajar anak-anak agar menjadi anak yang pintar dan baik. Mengajar dan mendidik bukan hanya didepan kelas tetapi diluar kelas. Sebagai contoh bahwa jika anak bodoh maka apa yang harus dilakukan agar pintar. Baik itu remedial, pendampingan dan kunjungan rumah demi berhasilnya anak.

Dalam tiga jabatan yang diemban ini bersinar seseorang yang tengah berada bersama dan menjadikan anak didik untuk menjadi baik dan berakhlak baru disebut guru. Maka tidak heran kalau guru didepan memberi contoh, ditengah memberi motivasi dan bimbingan serta dibelakang memberi dorongan agar mampu mengejar cita-cita maupun menjadi yang baik dalam masyarakat.

Maka tidak salah kalau sering saya katakan kepada anak-anak bahwa kamu tidak boleh berada disamping saya karena nanti saya mengesampingkan kamu. Kamu juga tidak boleh ada dibelakang saya karena sesungguhnya saya tidak akan dengar kamu. Serta jangan ada didepan saya sebab saya tidak mungkin ikut kamu. Tetapi jika kita sama-sama berjalan maka kita akan sampai pada tujuan. Karena ketika lelah, kita akan saling menyemangati agar tetap fokus pada sebuah tujuan.

Ditulis Oleh Yakobus Molo Dini

Guru SMPN Satap Nitmalak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun