Uangnya sudah dipakai foya foya sama pemilik biro perjalanan itu. Terus mereka datang ke DPR. Terus mereka mengancam Kemenag. Terus mereka minta pemerintah mengganti uang mereka.
Tanggungjawab pemilik biro?
Dia yang harus menanggung segala perbuatan biadabnya. Bahkan sangat biadab. Masa memanfaatkan agama untuk memenuhi nafsu bejatnya.Â
Di sisi lain, ibadah juga perlu otak. Untuk berpikir. Bukan hanya nafsu. Kalau nafsu ibadah masih mending. Kalau cuma nafsu wisata?
Umroh kok wisata?Â
Lho, yang ngadain umroh kan memang banyakan biro wisata. Â Setelah atau sebelum umroh pasti ada.jalan jalannya. Baik di sekitar haromain atau malah ke Mesir atau Turki segala.
Disinyalir, umroh memang sudah menjadi industri wisata. Sering diembel embeli wisata religius. Wisatanya lebih di depan daripada relijiusnya.
Penipuan terjadi karena ada yang mau ditipu.
Nafsu berumroh yang begitu besar, sering menjadi latar sebuah penipuan umroh. Â Apalagi keinginan untuk ngirit atau lebih pas nya pelit sering membuat jamaah tak berpikir panjang. Â Pemilihan sebuah biro wisata hanya berdasar cerita teman. Â Sehingga tidak kritis lagi.
Dan lebih parah lagi,.saat umroh dijadikan seperti bisnis sabun mandi melalui model mlm. Siapa ngajak siapa dapet.berapa.
Saat umroh sudah jadi wisata, walau dilabeli kata religius sekali pun, tetaplah sebuah kebodohan.
Hanya orang bodoh yang bisa dibodohi. Â Sebuah kalimat biasa yang luar biasa. Mari beribah dengan hati dan otak cerdas.