Lelaki tua itu termangu. Tatapannya matanya kosong menatap malam yang makin tua. Bintang-bintang dilangit tak berkelip. Demikian pula dengan sinar rembulan. Gelapkan bumi. Segelap hatinya yang lara sebagai seorang tua yang mestinya amat bijaksana dalam bertindak.
Lelaki tua itu menghela nafas panjang. Sepanjang perjalanan hidupnya yang kini telah menginjak usia tua yang semestinya sangat bijaksana dalam mengambil keputusan. Lelaki tua itu menelan ludah hingga masuk ke tenggorkan tuanya yang mulai rentang dengan segala serangan penyakit yang datang menghantam tubuh kurusnya.
Lelaki tua itu sama sekali tidak percaya. Ya, tidak percaya sama sekali. Menarasikan stigma anaknya kepada saudaranya membuatnya harus menyendiri. Menceritakan aib anaknya membuatnya kini terdiam dalam kesndiriannya. Dia tak menyangka, narasinya harus berbuah derita. Saudaranya pun kini meninggalkannya. Tak terkecualii anaknya. Dia tak menyangka kolaborasi jahat dari saudaranya kepada putranya membuat derita yang amat luar biasa mendera jiwanya.
" Kakak harus menekan anakmu biar dia jera,' usul seorang saudaranya.
" Iya. kakak kan ayahnya. Jangan biarkan dia merajalela," sambung saudaranya yang lain.
lelaki tua itu emosi. Naik pitam. Darah tuanya seolah membakar tubuh kurusnya. Dia sebagai seorang ayah terpedaya. Dan...
___
Lelaki tua itu masih sendiri dan tetap menyendiri dalam kesendirian jiwa. Tak ada yang peduli. Tak ada yang bersimpati. Semua meninggalkannya hingga dia terjerumus dalam kesendirian abadi. Termasuk saudara-saudaranya yang kini emoh menemuinya dan tak mau ditemuinya. Padahal dulunya merekalah orang yang paling gigih memberikan solusi buat dirinya menghadapi aksi nakal anaknya. Mereka, para saudaranya dengan segala pikiran jahatnya menuangkan gagasan keada dirinya agar bertindak kepada anaknya yang nakal dan menyimpang dari etika hidup di masyarakat.
" Perilaku anakmu itu sudah keterlaluan dan memalukan kehormatan keluarga kita," ujar adiknya.
" Benar sekali. Jangan mentang-mentang dekat dengan kekuasaan lalu petantang petenteng tak tahu etika hidup," sambung adiknya yang lain.
" Kakak harus bertindak sebelum semuanya terjadi," sahut yang lain.