Mata mata bening dan polos itu menatap biru di atas sana.
Keinginan dan harapan  yang murni terpancar dari sana.
Keinginan mendaki langit dan mengendarai awan.
Serta harapan tentang hidup yang tak lagi redup.
Tidak berbapa, tidak beribu, atau bahkan tidak beribu bapa.
Atau bahkan beribu bapa tapi nasibnya sengaja terlupa.Â
Tubuh tubuh mungil itu bergelombang menantang  udara.
Mungkin badai menunggu di depan. Mungkin air pasang menghadang di hadapan.
Mungkin padang duri siap menusuk di tengah jalan.Â
Tapi ada tumpukan cinta di sini. Ada timbunan kasih di sini. Ada rimbunan sayang di sini.
Cinta itulah yang akan memberikan kekuatan. Â Kasih itulah yang akan membangkitkan keberanian. Â Sayang itulah yang akan melafalkan kebajikan.