Secangkir kopi pagi ini
Digulai remah-remah matahari
Di serambi rumah yang ramai
Setelah sepi memberangkatkan diri secara damai
Menuju suatu tempat yang rindang
Di mana banyak sarang burung pedendang
Uapnya yang tipis meliukkan tarian
Mirip para gadis arabian
Dahulu kala
Ketika raja-raja nomad masih bertahta
Sebelum lahirnya seorang gembala
Di sebuah oase sederhana di tengah-tengah gurun yang berbahaya
Kisah secangkir kopi nyaris selalu membuat seorang pujangga terjaga
Menuliskan kata-kata yang disadapnya dari tatapan mata
Seorang perempuan yang telah berhenti bertanya
Di mana cintanya berada
Ke arah mana rindunya akan bersua
Dengan kekasih yang dulu memaksanya selalu bermimpi
Saat tibanya malam hari
Ketika secangkir kopi berfilosofi tentang kembali utuhnya hati
Setelah terkoyak-koyak panjangnya periode sunyi
Di ketika itulah bahagia bukan idiom dusta lagi
Tapi telah menjadi kolom halaman depan koran-koran
Bahwa tidak ada hal muskil yang tak kejadian
Selama itu digenapi kuatnya keinginan
Jakarta, 30 Juni 2019