Ada suatu ketika kau mencela seorang kyai dengan bait-bait puisi yang di dalamnya kau sisipkan belati. Kau hendak menikam jantung negeri ini dan melukainya agar kau bisa meminum darahnya untuk ritual persembahan kepada sengkuni.
Entah demi apa kau suka sekali menghambur kontroversi di halaman rumah yang telah bersih disiangi dari rumput teki. Bertumbuhanlah duri-duri yang siap menusuk tulang belakang negeri yang selalu disirami kehangatan cahaya matahari.
Mungkin kau seorang dukun teluh yang berpura-pura memasang tampang teduh agar orang-orang menganggapmu sebagai lelaki berpendirian teguh. Padahal kau adalah hologram purnama yang sengaja memberi makan para serigala supaya negeri ini kehabisan tulang-tulang yang menopangnya.
Kau gila apa! Negeri ini bukan rumah sakit jiwa!
Hentikan segala omong kosong yang kau tebar sebagai benih kebencian kepada sesama yang bisa jadi kelak akan kau tuai sebagai bisa di lidahmu yang membusa. Ini bukan waktunya lagi untuk mengadu domba.
Kecuali kau memang dilahirkan dari darah dan airmata culas para kurawa.
Jakarta, 11 Februari 2019