Berbulan-bulan hatiku serasa pudar
Berhari-hari telingaku terasa pengar
Mendengar kabar tentang tagar
Saling bersahutan dengan barbar
Bubar!....Bakar!
Bukankah kalian ini satu bangsa? Â Sama-sama menitikkan airmata begitu Indonesia Raya merambat gegap gempita di udara. Â Sama-sama menahan isak di dada melihat Sang Saka melambai megah di angkasa.
Buat apa kalian saling tuding. Â Berucap miring. Â Saling caci. Â Melempar maki. Â Membuka borok dan daki. Â Sungguh kalian ini sudah kehilangan jati diri!
Demi apa? Demi sebuah kuasa yang sebenarnya tidak pantas kalian lumuri dengan bisa. Â Itu meracuni sisa dari kami semua yang memilih diam saja. Padahal kami sungguh bahagia menanti datangnya pesta.
Demi apalagi? Â Demi sebuah tagar yang sama sekali tidaklah suci. Â Tapi kalian junjung begitu tinggi seolah negeri ini negeri kurcaci. Â Tak punya hati!
Hentikanlah saling membutakan mata! Â Kita semua bersaudara. Â Menghirup udara yang sama. Â Di sebuah negeri yang merdeka.
Jangan kotori hajat yang sakral ini dengan mulut binal. Â Pikiran sundal. Â Cukup! Â Semua # adalah kentut!
Bogor, 2 September 2018