Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Pagi Ini

2 September 2018   07:43 Diperbarui: 2 September 2018   08:01 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berbulan-bulan hatiku serasa pudar

Berhari-hari telingaku terasa pengar

Mendengar kabar tentang tagar

Saling bersahutan dengan barbar

Bubar!....Bakar!

Bukankah kalian ini satu bangsa?  Sama-sama menitikkan airmata begitu Indonesia Raya merambat gegap gempita di udara.  Sama-sama menahan isak di dada melihat Sang Saka melambai megah di angkasa.

Buat apa kalian saling tuding.  Berucap miring.  Saling caci.  Melempar maki.  Membuka borok dan daki.  Sungguh kalian ini sudah kehilangan jati diri!

Demi apa? Demi sebuah kuasa yang sebenarnya tidak pantas kalian lumuri dengan bisa.  Itu meracuni sisa dari kami semua yang memilih diam saja. Padahal kami sungguh bahagia menanti datangnya pesta.

Demi apalagi?  Demi sebuah tagar yang sama sekali tidaklah suci.  Tapi kalian junjung begitu tinggi seolah negeri ini negeri kurcaci.  Tak punya hati!

Hentikanlah saling membutakan mata!  Kita semua bersaudara.  Menghirup udara yang sama.  Di sebuah negeri yang merdeka.

Jangan kotori hajat yang sakral ini dengan mulut binal.  Pikiran sundal.  Cukup!  Semua # adalah kentut!

Bogor, 2 September 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun