Selasar pagi terbuka lebar. Â Memanggungkan cemara yang daun jarumnya menenun embun. Â Menyapa ramah udara yang membelainya. Â Dengan kegirangan. Â Seperti nada symponi nomor dualima yang liriknya digubah oleh suara aliran sungai yang dipecah oleh batu-batu. Â Merindu.
Masih ada sisa bayangan kejora. Â Terhimpit fajar. Â Seperti lukisan monalisa di pajang. Â Di dinding yang baru dicat terang. Â Sama-sama bersinar. Â Memberi arti sesungguhnya apa itu binar mata.
Lampu-lampu jalan belum dimatikan. Â Aspal hitam masih samar. Â Seperti ular yang tertidur kekenyangan. Â Setelah menelan utuh kelaparan. Â Di padang gembala yang tak ditemukan mangsa.
Bunga-bunga kering dan mati. Â Masih saja menyiarkan wangi. Â Bagi para pemimpi yang berusaha bangun kesiangan. Â Menghindari pertemuan. Â Setelah kematian malam.
Pagi yang sempurna. Â Dipersembahkan khusus kepada hati yang mencinta. Â Terhadap apa saja yang telah membuatnya berbahagia.
Bogor, 19 Juni 2018