Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Mengejar Nafas

27 Agustus 2017   11:54 Diperbarui: 27 Agustus 2017   11:58 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terengah engah menadah jatuhnya matahari

Bulir bulirnya menyengat keringat yang hampir tuntas diperas

Suara suara teriakan parau

Berselisih jalan dengan derum mesin tua

Mengepulkan asap hitam penyebab batuk

Sebuah terminal kusut tengah kota

Semua orang mengejar nafas

Udara bertambal kerak jalanan

Tak bisa lagi dijahit sebab koyaknya terlalu besar

Lagipula sangat berkarat

Barangkali hanya las karbit yang mampu menyatukan kembali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun