Bus kota kosong berjalan sepelan marmut sedang sakit perut
Sekosong kantong pengemudi dan keneknya yang melamun
Sebatang rokok dan segelas teh hangat rasanya mewah yang tak terjangkau
Rasanya seluruh dunia sedang mentertawakan tanpa iba sedikit pun juga
Tapi kami memang tak perlu iba! Dari siapa pun juga. Kami lapar tapi tidak selapar yang di sana. Kami masih punya harga dari diri yang harus dijaga. Daripada menjadi rakus lalu berbuat seperti tikus! Gerogot sana sini dengan gigi sakti tak tertandingi.
Bus kota agak melaju
Ini Hari Minggu, sewa hanya sedikit yang menunggu
Barangkali di terminal ada keajaiban
Manalah tahu jika ada rombongan hendak berjalan
Semangat! Itulah arti tiap tetes keringat kami. Urusan negara sudah ada pemimpin kami. Paling penting bagi kami adalah seperiuk nasi. Bahagia bagi kami adalah jika ada senyum dari anak istri.
Bogor, 20 Agustus 2017