Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Bus Kota di Peradaban Kota

20 Agustus 2017   21:12 Diperbarui: 2 September 2017   17:04 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: rorosetiyabudi.blogspot.co.id

Bus kota kosong berjalan sepelan marmut sedang sakit perut

Sekosong kantong pengemudi dan keneknya yang melamun

Sebatang rokok dan segelas teh hangat rasanya mewah yang tak terjangkau

Rasanya seluruh dunia sedang mentertawakan tanpa iba sedikit pun juga

Tapi kami memang tak perlu iba! Dari siapa pun juga. Kami lapar tapi tidak selapar yang di sana. Kami masih punya harga dari diri yang harus dijaga. Daripada menjadi rakus lalu berbuat seperti tikus! Gerogot sana sini dengan gigi sakti tak tertandingi.

Bus kota agak melaju

Ini Hari Minggu, sewa hanya sedikit yang menunggu

Barangkali di terminal ada keajaiban

Manalah tahu jika ada rombongan hendak berjalan

Semangat! Itulah arti tiap tetes keringat kami. Urusan negara sudah ada pemimpin kami. Paling penting bagi kami adalah seperiuk nasi. Bahagia bagi kami adalah jika ada senyum dari anak istri.

Bogor, 20 Agustus 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun