Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Hidup Tak Selamanya Asin Meski Selalu Produksi Telur Asin

14 Januari 2019   19:12 Diperbarui: 15 Januari 2019   08:04 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Telur bebek setelah mengalami penggaraman lalu dicuci bersih dan siap untuk direbus (dok.pri)

Dari sisi materi tidak kekurangan bahkan boleh dibilang berkecukupan. Perempuan paruh baya ini bersuamikan seorang tentara marinir yang purna tugas sejak tahun 2005. Namun sejak pensiun sang suami tidak vakum begitu saja. Ia direkrut oleh sebuah perusahaan kenamaan di Gresik untuk menduduki posisi sebagai chief security.

"Sebenarnya ya ndak kurang sih mas, selain ada pensiun, suami juga masih kerja" ujar perempuan paruh baya itu. Perempuan berkaca mata dan berhijab yang akrab disapa Bu Sugeng itu mengisahkan bahwa untuk menghidupi kedua anaknya, ia bersama sang suami bahu-membahu melakukan beragam pekerjaan. Dia tak mau menyerah dengan keadaan. 

Sejak masih muda perempuan yang satu ini memang suka dunia masak-memasak karena memang pendidikan yang ditekuninya di bidang tata boga. 

Kuliahkan anak dan pergi umroh 

Sudah lebih dari tujuh tahun Bu Sugeng menekuni usaha pembuatan telur asin. Perempuan kelahiran enam puluh tahun silam itu memiliki dua orang putra. Kedua putranya sudah dewasa bahkan kini beliau sudah memiliki seorang cucu dari hasil pernikahan anak pertamanya. 

Usaha pembuatan telur asin yang ditekuninya sejak tahun 2011 itu kini maju dengan pesat. Selain bisa menguliahkan kedua putranya, sang ibu bersama keluarganya bisa menunaikan ibadah umrah pada tahun 2013. 

Pembuatan telur asin ala Bu Sugeng 

Menurut keterangan Bu Sugeng, telur-telur yang akan dibuat telur asin memang telur bebek berkualitas bagus. Sebelum dibawa ke rumah, telur sudah diperiksa (diteropong) satu persatu.

"Saya pakai telur Bebek Peking mas, kualitasnya bagus" terang Bu Sugeng sambil memperlihatkan telur-telur yang sudah dibersihkan setelah mengalami proses penggaraman dan siap untuk direbus. 

Untuk diketahui, Bebek Peking itu menghasilkan telur dengan dua warna yang berbeda yaitu putih tapi tidak putih sekali dan hijau mendekati warna toska. Bu Sugeng tidak menjelaskan secara gamblang mengapa bisa demikian. Yang beliau ketahui bahwa Bebek Peking itu berukuran besar. Tidak seperti bebek biasa (lokal). Besarnya kurang lebih seukuran angsa namun lehernya pendek.  

Telur Bebek Peking didatangkan dari peternak besar yang ada di kawasan Mojosari, Mojokerto-Jawa Timur. Untuk ukuran usaha kecil seperti Bu Sugeng, dalam sebulan bisa mengulak empat sampai lima ribu butir telur bebek.

Tanpa menyebutkan berapa rupiah harga telur (perbutir) yang dikulak, Bu Sugeng dengan santun mengatakan "Untungnya ndak banyak mas, alhamdulillah bisa untuk sehari-hari dan yang penting berkah" ungkapnya kalem.

Telaten (dok.pri)
Telaten (dok.pri)
Untuk sebutir telur asin yang disetor di warung atau mini market dihargai Rp 2700,- sedangkan untuk konsumsi pesanan harganya sedikit lebih mahal yakni Rp. 3000,- perbutirnya. 

"Pada bulan-bulan tertentu, seperti Bulan Besar (Dzulhijah, red) dan banyak orang hajatan, pesanan telur asin juga meningkat pesat" lanjut Bu Sugeng penuh semangat. Beberapa pembantunya juga bekerja ekstra keras agar pesanan bisa dikerjakan sesuai harapan.

Prosedur pembuatan telur asin sangatlah mudah. Tahap pertama, telur dicuci terlebih dulu. Batu bata yang dihaluskan dicampur garam brosok (kristal, red). Untuk batu bata, Bu Sugeng memperoleh secara cuma-cuma dari peternak bebek (pemasok telur). Batu bata halus dan garam dicampur dengan air hingga menjadi adonan. Bu Sugeng mengaku tidak menerapkan cara yang kaku untuk perbandingan jumlah garam dan bata halus. Katanya dibuat secukupnya. 

Telur dibalut adonan batu bata halus plus garam brosok (dok.pri)
Telur dibalut adonan batu bata halus plus garam brosok (dok.pri)
Tahap selanjutnya, masing-masing telur dibungkus dengan adonan dari campuran garam plus batu bata halus, satu-persatu dibuat seperti bola. "Untuk 60-100 kilogram garam brosok bisa untuk produksi setahun, tergantung juga jumlah pesanannya mas" papar Bu Sugeng. 

Sengaja menggunakan garam brosok pada pembuatannya karena awet asinnya. Setelah dua atau tiga minggu baru ditambahkan garam halus yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan (pesanan).

Disesuaikan selera konsumen 

Banyak pesanan (dok.pri)
Banyak pesanan (dok.pri)
Ternyata proses (pemeraman) juga mengikuti selera konsumen. "Ada konsumen yang suka rasa asin saja tapi ada pula yang suka tekstur masir selain rasanya yang asin" tukas perempuan paruh baya yang tinggal di kawasan Driyorejo, Gresik itu.

Menurut pengalaman Bu Sugeng, untuk menghasilkan telur bebek yang rasanya asin saja cukup diperam selama sepuluh (10) hari saja. Sedangkan untuk menghasilkan telur bebek yang rasanya asin dan masir maka perlu waktu pemeraman dua sampai tiga minggu. Katanya lebih lama diperam hasilnya semakin bagus.

Setelah melalui pemeraman, telur dicuci bersih lalu direbus dalam wadah khusus (panci). Kapasitas panci bisa menampung seratus sampai beberapa ratus butir telur. Waktu perebusan satu setengah jam atau lebih. Semakin lama semakin tanak. Setelah matang, telur asin didinginkan untuk diberi cap (stempel).

Telur asin kreasi Bu Sugeng itu bisa tahan sampai dua minggu lebih. Apalagi kalau disimpan dalam lemari es bisa tahan lebih lama.

Pemasaran dikirim ke warung-warung makan, toko di pasar, mini market dan beberapa daerah di luar Kota Gresik. Namun telur asin produksi Bu Sugeng itu lebih banyak dipasarkan ke warung-warung makan. Telur asin tadi dijadikan sebagai lauk untuk nasi bungkus bagi para pekerja pabrik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun