Tanpa menyebutkan berapa rupiah harga telur (perbutir) yang dikulak, Bu Sugeng dengan santun mengatakan "Untungnya ndak banyak mas, alhamdulillah bisa untuk sehari-hari dan yang penting berkah" ungkapnya kalem.
"Pada bulan-bulan tertentu, seperti Bulan Besar (Dzulhijah, red) dan banyak orang hajatan, pesanan telur asin juga meningkat pesat" lanjut Bu Sugeng penuh semangat. Beberapa pembantunya juga bekerja ekstra keras agar pesanan bisa dikerjakan sesuai harapan.
Prosedur pembuatan telur asin sangatlah mudah. Tahap pertama, telur dicuci terlebih dulu. Batu bata yang dihaluskan dicampur garam brosok (kristal, red). Untuk batu bata, Bu Sugeng memperoleh secara cuma-cuma dari peternak bebek (pemasok telur). Batu bata halus dan garam dicampur dengan air hingga menjadi adonan. Bu Sugeng mengaku tidak menerapkan cara yang kaku untuk perbandingan jumlah garam dan bata halus. Katanya dibuat secukupnya.Â
Sengaja menggunakan garam brosok pada pembuatannya karena awet asinnya. Setelah dua atau tiga minggu baru ditambahkan garam halus yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan (pesanan).
Disesuaikan selera konsumenÂ
Menurut pengalaman Bu Sugeng, untuk menghasilkan telur bebek yang rasanya asin saja cukup diperam selama sepuluh (10) hari saja. Sedangkan untuk menghasilkan telur bebek yang rasanya asin dan masir maka perlu waktu pemeraman dua sampai tiga minggu. Katanya lebih lama diperam hasilnya semakin bagus.
Setelah melalui pemeraman, telur dicuci bersih lalu direbus dalam wadah khusus (panci). Kapasitas panci bisa menampung seratus sampai beberapa ratus butir telur. Waktu perebusan satu setengah jam atau lebih. Semakin lama semakin tanak. Setelah matang, telur asin didinginkan untuk diberi cap (stempel).
Telur asin kreasi Bu Sugeng itu bisa tahan sampai dua minggu lebih. Apalagi kalau disimpan dalam lemari es bisa tahan lebih lama.