Â
Apa makna sebuah rumah bagi bangsa Indonesia?
Â
Tanpa rumah, maka akar kehidupan sesosok jiwa  akan tercerabut. Orang-orang miskin yang tercerabut dan menghuni emper-emper toko, terlelap berpayung jembatan. Mereka yang berdesakan di kawasan kumuh,  rumah tanpa jendela dari peti kemas bekas. Atau yang mendirikan tiang-tiang gubuk derita di bantaran sungai. Setiap saat dan kapan saja, air bah luapan sungai siap menyambarnya.
 ]
Â
Tak cukup hanya nilai fisik sebuah rumah. Dari rumahlah  rasa tenteram dan damai itu  berakar. Lewat rumahlah mentalitas manusia itu dibentuk. Karakter manusia tumbuh  lewat sebuah keluarga .
Â
Seperti apakah anak-anak itu tumbuh dan berkembang?  Dengan kasih sayang dan keteladanan orang tua . Orang tualah yang menumbuhkan moral di benak anak-anaknya. Agar tumbuh dalam jiwa yang  kreatif, jujur , fair, bekerja keras , menjauhi moralitas  buruk, penuh kasih sayang kepada sesama  manusia , mahluk hidup (flora fauna) dan lingkungan. Begitu idealnya.
e"]
Â
Kesehatan jiwa, kualitas sumber daya manusia ..... sangat dipengaruhi  oleh akar kehidupan sosok sumberdaya manusia itu . Perhatikan, mereka yang tumbuh dari sebuah rumah yang  penuh konflik, lingkungan perumahan yang keras dan kaya kriminalitas. Atau, yang terbiasa untuk tidak jujur.
Â
Jelas berbeda dengan mereka yang damai dalam kehidupannya, dibesarkan dengan nilai-nilai kejujuran. Menjauhi segala kepalsuan. Dengan  sebuah tata nilai tertinggi,  takut berbuat buruk, karena Tuhan. Sayang kepada manusia, hewan, lingkungan, flora, juga karena Tuhan.
Membangun karya dan kreatifitas, juga karena  kasih sayangnya kepada sesama mahluk. Agar semua karya  dan perbuatannya, sebanyak-banyaknya memberikan manfaat dan kebaikan bagi kehidupan. Maka, semua akan dicatat oleh Sang Maha Pencipta.
Â
Terkadang rumah yang sederhana, tapi sehat jiwa raga,  justru melahirkan mentalitas manusia yang  mulia. Justru dari balik rumah yang megah  mewah, malah bisa saja disana  penghuninya kaya mentalitas yang penuh kepalsuan, terbiasa membohong dan menyabet hak orang.
Â
Rumah memiliki nilai fisik, juga nilai rohani.
 ]
Â
Nilai Rohani sebuah rumah. Membangun mentalitas  Manusia Indonesia yang  mulia, revolusi mental, pekerja keras, disiplin,  kreatif, jujur…jujur….jujur…..  Rumah itu akan meluncurkan  masa depan gemilang bagi generasi penerus bangsa ini. Ini ditentukan oleh  karakter dan pola pikir  keluarga itu. Pemimpinnya.
Â
Nilai fisik sebuah  rumah, adalah  sirkulasi udara yang sehat dan menyejukkan. Matahari yang  menembus  ke dalamnya. Sehingga tidak membutuhkan AC atau lampu di siang hari. Desainnya membuat penghuni tidak stress, nyaman, bahagia.
Â
Kedua nilai rumah ini saling mengisi.Rumah yang desainnya sumpek, membuat penghuninya kerap bergentayangan di jalan. Atau berkelana dari rumah teman yang satu ke teman lainnya. Rumah yang kotor , gelap,  yang penghuninya terlalu banyak, juga memicu penghuninya  lebih banyak mendiami ruang-ruang publik, seperti di ujung lorong.
Â
Itu sebabnya , pengadaan perumahan, percepatan pembangunan rumah sederhana, tapi  dapat menjadi sehat dan baik , menjadi  fokus pemerintah. Khususnya Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat).
Â
Beruntung Balitbang Kementrian PUPR memiliki sumber daya manusia yang  memiliki kreatifitas dan profesionalitas ,  yang dapat diterapkan dalam  perumahan. Mereka adalah para peneliti.
Betul, Intangible Asset negara di KemenPUPR  adakah peneliti-peneliti. Yang perlu terus didukung .Juga karya-karya penelitian yang  nantinya akan disosialisasikan kepada masyarakat.
Â
Yang patut diacungi jempol, bahwa  para peneliti terbentuk melalui proses panjang, tidak ujug-ujug jadi. Mereka berproses  menimba dan mengembangkan  keilmuan  dan pengalaman, yang bisa dibagikan dalam berbagai  diklat, seminar bahkan perguruan tinggi. Juga melalui penulisan buku dan jurnal, serta karya-karya dan pemikiran yang  kaya manfaat. Buku adalah jembatan  antara peneliti/ilmuwan dengan  para pengguna karya mereka.
Perjalanan panjang menjadi seorang peneliti, meminjam istilah dan bahasan  Deddy Dahlan, motivator muda yang cukup beken, adalah profesi GUE BANGET. Artinya profesi itu berproses , tumbuh atas kekuatan  motivasi dan minat . Ditempa oleh pengalaman.
Â
Motivasi yang luhur, tentunya yang berorientasi  untuk kemaslahatan banyak orang, untuk kesejahteraan  bangsa ini. Maka penelitian akan berjalan dengan sepenuh hati, setulus jiwa, setekun  harapan, dan dengan  langkah-langkah  ilmiah yang fair dan jujur. Perjuangan itu dengan hati, Tuhanlah yang menganugerahkan hasil.
Â
[. ]
Seberapa  banyak hasil itu bisa memberikan  kebajikan bagi banyak orang dan lingkungan kehidupan , memberdayakan  dunia / kapangan kerja. Seberapa besar manfaat dari konsep-konsep hasil pemikiran dan penelitian itu lahir ,  mungkin sama seperti iklan sebuah kecap. Masakan yang dibuat sepenuh hati dan cinta, tentu akan berbeda dengan masakan yang dibuat asal-asalan.
Â
Â
PENELITI DAN PENELITIAN Â PERMUKIMAN, BALITBANG KEMENTRIAN Â PUPR
Tanggal 20 Desember, 2004, dua  orang Menteri , Bapak Ir Djoko Kirmanto, dipl HE. Sebagai Menteri PU, dan Yusuf Asyari sebagai Menpera. Hadir ke Puslitbang Permukiman. Ada sesuatu yang baru. Dan pertama dihasilkan oleh Balitbang Kementrian PU.  Rumah Instan Sederhana Sehat.
Â
 RISHA di Aceh. Sumber foto: booklet Internasional Organsation of Migration"
RISHA, adalah hasil pemikiran yang berproses. Dorongan dari hati nurani. Saat tahun 2002, lahir dari keprihatinan kondisi  backlog perumahan. Orang-orang miskin yang menghuni lorong-lorong  kumuh. Mahal dan lamanya proses pembangunan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
Â
Meski hidup sederhana, kalau rumahnya sehat, dapat cepat dibangun, lingkungannya ditata sedemikian rupa. Setidaknya  mentalitas dan sisi psikologis kelompok rakyat kecil dapat dibenahi. Setidaknya anak-anak dapat bermain lebih layak, ruang belajar dan interaksi keluarga dapat lebih sehat. Itu jawaban  sederhana fungsi rumah bagi  revolusi mental.
Â
Membangun rumah , kalau panel-panel sudah jadi,  diharap bisa lebih cepat. Tidak perlu waktu lama untuk mengecor. Karena sudah dibuat panel  pracetak.
Â
panel RISHA di Aceh, siap untuk dirakit setelah diproduksi, untuk kepentingan korban bencana alam, Aceh 2005,Â
foto koleksi pribadi masrierie kompasiana"