Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menerjemahkan Hubungan Pertemanan Lawan Jenis dengan Sewajarnya

2 Maret 2020   00:18 Diperbarui: 2 Maret 2020   00:20 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan laki-laki dan perempuan sebelum dan setelah menikah itu jelas berbeda.  Berbeda dalam pelayanan dan sikap secara pribadi.  Sebab disamping sudah ada perempuan yang  tak lain istri sendiri.

Akrab boleh,  dekat juga boleh.  Tapi kedekatan dan keakraban dengan teman perempuan lain tetap harus dibatasi.  Sebatas teman atau rekanan bisnis.

Sebab ada batas pertemanan yang  harus  ditaati  dan sama sekali tak boleh dilanggar.

Sebelum menikah,  kita mungkin dekat dengan seorang perempuan.  Bisa apa-apa bareng.  Makan bareng,  jalan-jalan bareng,  bahkan melakukan kegiatan bareng,  bahkan tanpa batas waktu.  

Tapi setelah menikah kegiatan bersama seperti itu tetap harus menghormati norma yang berlaku.  Kita tak boleh lagi bermesraan  dengan perempuan lain dengan alasan sudah akrab.

Bukannya kita anti keakraban semacam itu,  tapi hubungan pertemanan yang kebablasan bisa mengakibatkan cideranya sebuah hubungan perkawinan.

Selain teman kantor,  kita juga punya teman-teman di masa lalu. Dari teman SMP,  SMA,  teman kuliah maupun teman yang  kita dapat saat magang.

Seringkali orang-orang  ingin menyatukan kembali hubungan masa lalu dalan sebuah group percakapan.  Dan hal ini membuat sebuah pertemanan menjadi semacam kenangan yang  terus dibangun seperti ingin diulang.

Apalagi kalau dalam anggota group ada mantan kekasih yang  ikut nongkrong meramaikan percakapan. Jadi seru kan?

Akan tetapi yang  perlu diingat bahwa jangan sampai keseruan dalam ruang  cheating  ini menjadi sumber petaka perkawinan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun